Laba Bersih BNI Syariah Tumbuh 35,67 Persen

:


Oleh lsma, Jumat, 15 Februari 2019 | 18:39 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 464


Jakarta, InfoPublik - BNI Syariah sepanjang tahun 2018 mencatatkan laba bersih mencapai Rp416,08 miliar, naik 35,67% dibanding 2017. Kenaikan laba bersih tersebut didorong ekspansi pembiayaan, peningkatan pendapatan berbasis komisi (fee based income) dan rasio dana murah yang optimal.

Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan, fee based income pada akhir tahun lalu mencapai Rp104,4 miliar. Angka tersebut dikontribusikan dari E-channel (e-banking) sebesar Rp60,7 miliar, lalu cash management Rp5,9 miliar, remitansi sebesar Rp4,9 miliar, E-channel (Hasanah Card) Rp7,5 miliar dan pendampingan Service Level Agreement (SLA) mencapai Rp22,4 miliar.

"Sementara komposisi rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA) terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 55,82%. Komposisi dana murah ini juga meningkat jika dibanding tahun sebelumnya 51,60%. Di tengah gejolak global, perang dagang dan melambatnya pertumbuhan ekonomi global, BNI Syariah bisa tumbuh di atas rata-rata industri," kata Firman dalam Paparan Kinerja BNI Syariah di Jakarta, Kamis (14/2).

Dari sisi penyaluran dana, BNI Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp28,30 triliun atau naik 19,93%. Komposisi pembiayaan tahun 2018 disumbang oleh segmen Konsumer sebesar Rp13,92 triliun, diikuti segmen Komersial Rp7 triliun, segmen kecil dan menengah sebesar Rp5,97 triliun, segmen mikro Rp1,08 triliun, dan Hasanah Card Rp332,69 Miliar.

Sementara, rasio Non-Performing Financing (NPF) akhir tahun 2018 tercatat 2,93% atau naik sedikit dari 2,89% di tahun 2017. Direktur Bisnis SME dan Komersial Dhias Widhyati menyatakan, kenaikan tersebut disebabkan oleh beberapa segmen industri yang turun, terutama di sektor usaha kecil menengah (UKM) dan konsumer.

"Kedua sektor itu NPF-nya relatif besar. Industri pengolahan juga mengalami penurunan dan sudah kami usahakan untuk diselamatkan. Namun karena kondisinya belum bagus sehingga sektor itu agak sedikit turun," paparnya. Meski demikian, tegas Dhias, NPF pada tahun ini akan di jaga pada angka 2,75%.

Per Desember 2018, aset BNI Syariah mencapai Rp41,05 triliun atau tumbuh sebesar 17,88% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan dari sisi bisnis, khususnya penghimpunan dana, DPK perseroan mencapai Rp35,50 triliun atau tumbuh 20,82% dengan jumlah nasabah mencapai lebih dari 3 juta. "Peningkatan nasabah kami di tahun lalu cukup baik, yakni 21,64%," katanya.

Sementara, volume penjualan tahun 2018 mencapai Rp7,52 triliun yang dikontribusikan dari setoran dana haji sebesar Rp119,1 miliar, transaksi valas Rp2,6 triliun dan lain lain.

Dhias menuturkan, rasio keuangan lainnya return on equity (RoE) di posisi 10,53% dan return on asset (RoA) 1,42%. Sedangkan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) 85,37% dengan coverage ratio 97,36%.

Ke depan, pada tahun 2019 BNI Syariah akan meningkatkan ekspansi pembiayaan sektor komersial secara selektif kepada nasabah yang memiliki tingkat risiko rendah. Perseroan juga akan terus meningkatkan pangsa pasar dimana pada tahun lalu BNI Syariah hampir mendekati 9%.

Dia berharap pangsa tahun ini bisa menembus angka 10%. Perseroan juga akan meningkatkan porsi pembiayaan pada segmen ritel yaitu usaha kecil dan menengah, dan sedikit menurunkan porsi segmen komersial. "Ditargetkan pada 2019, segmen komersial tumbuh di kisaran 20%. Sedangkan pembiayaan ditargetkan naik sebesar 16%," pungkasnya.