Banjir Buah Duku, Pedagang di Padang Menjamur

:


Oleh MC KOTA PADANG, Kamis, 7 Februari 2019 | 20:01 WIB - Redaktur: Juli - 1K


Padang, InfoPublik - Siapa yang tak kenal buah duku. Di Padang, buah bulat musiman itu saat ini sedang menjamur, bahkan di jalan utama hampir setiap jengkal akan ditemui pedagang yang berjualan buah tersebut, baik menggunakan mobil bak terbuka, bahkan hanya berbekal meja dan payung.

Saat InfoPublik menemui salah seorang pedagang di Kapalo Koto, Padang, Santi (32) menceritakan bahwa buah duku yang ‘banjir’ di Padang saat ini didatangkan dari Palembang dan Jambi.

“Warga Padang (pedagang) hanya menjualnya saja. Mereka peroleh untung dari hasil jualan buah itu,” ungkapnya, Kamis (7/2).

Saat ini, pedagang menjualnya Rp8.000 per kilogram. Padahal sebelumnya Rp15.000 hingga Rp20.000 per kilogram. “Sekarang sudah murah, karena yang jualan banyak sekali,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia menceritakan, dulu sebelum harga turun, dirinya bisa memperoleh keuntungan lebih dari Rp500.000 per hari.

“Waktu itu bisa terjual 20 karung per harinya. Kalau sekarang tidak menentu, ya bisa lima sampai delapan karung,” ungkap wanita yang mulai berjualan duku sejak akhir 2018 lalu tersebut.

Menurut dia, jualan buah musiman itu menggiurkan, bahkan banyak juga yang beralih dagangan. "Sekarang banyak yang lari dari dagangannya dan berjualan duku seperti pedagang cabai," sambungnya.

Meski maraknya pedagang buah duku, Santi menilai tidak merasa ada saingan dengan pedagang lain. Bahkan di sepanjang jalan Sutan Syahrir yang merupakan tempat dia berjualan, terdapat kurang lebih empat pedagang dengan buah yang sama. "Kucinya adalah cara pelayanan kita kepada pembeli," tutupnya.

Hal tak jauh berbeda diungkapkan Irma (55) pedagang kawasan Belimbing. Dirinya mengaku iseng saja berjualan duku karena memang lagi musim.

“Ya harian berjualan di Pasar kalau pagi, sore sampai malam saya sambil saja jualan buah duku di depan rumah, lumayan buat pendapatan tambahan,” ungkapnya.

Dirinya mengaku hanya mengambil satu karung saja untuk dijual kembali, karena takut jika terlalu banyak malah akan rugi.

“Di sini kan sudah banyak yang jualan juga, jadi beli satu karung saja. Nanti kalau habis ditambah lagi,” tutupnya. (McPadang/Putra)