Menperin: Industri Karet Perlu Segera Ditingkatkan

:


Oleh Wawan Budiyanto, Rabu, 21 September 2016 | 03:13 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 906


Jakarta, InfoPublik - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri karet hilir memiliki potensi besar untuk dikembangkan mengingat Indonesia merupakan salah satu negara utama penghasil karet alam dengan produksi melebihi 3 juta ton per tahun.

“Produksi karet alam nasional masih dapat ditingkatkan mengingat potensi lahan yang ada mencapai 3,5 juta hektar serta didukung oleh program-program penelitian dan pengembangan yang dilakukan baik oleh pemerintah, institusi pendidikan maupun pihak swasta,” kata Airlangga di Jakarta Selasa (20/9).

Menurutnya, saat ini konsumsi karet alam domestik untuk memproduksi barang-barang bernilai tambah tinggi hanya sekitar 20 persen dari total produksi nasional. Untuk itu hal tersebut perlu dikembangkan. 

Dijelaskannya, pemerintah telah memperhatikan bahwa langkah-langkah untuk peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu segera dilakukan sehingga meningkatkan nilai tambah potensi sumber daya alam nasional. 

“Tingkat konsumsi domestik ini masih jauh di bawah Malaysia, China dan India yang menyerap lebih dari 40 persen hasil produksinya,” ujarnya.

Dengan adanya kebijakan pemerintah dalam pembangunan tol laut kata Menperin, merupakan peluang besar bagi industri karet untuk menunjang kebutuhan pembangunan pelabuhan seperti rubber dock fender, rubber floating fender, dan rubber bumper. 

Seperti diketahui, pemerintah berencana membangun 24 pelabuhan, diantaranya deep sea port (pelabuhan laut dalam) Kuala Tanjung, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar dan Sorong, dimana empat pelabuhan diantaranya sudah berjalan.

Sementara itu, Direktur Industri Kimia Hilir Kemenperin Teddy C Sianturi mengatakan, upaya peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu didukung dengan kemampuan industri nasional dalam menyerap karet alam. 

“Konsumsi karet alam yang saat ini sebesar 580 ribu ton per tahun masih berpotensi untuk ditingkatkan,” ujarnya.

Upaya peningkatan yang perlu dilakukan, antara lain melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi eskpor barang karet serta menciptakan cabang-cabang industri baru seperti industri ban pesawat dan vulkanisir pesawat terbang yang berpotensi menyerap karet alam dan menghasilkan devisa nasional.

“Kami juga telah melakukan dengan penguatan struktur industri barang-barang karet, pemberian insentif untuk industri berteknologi tinggi maupun industri berorientasi ekspor, serta pengembangan kawasan industri,” jelasnya.

Program peningkatan konsumsi karet alam dalam negeri perlu diiringi dengan sustainability dan pengembangan industri existing. 

“Salah satunya adalah industri ban, sebagai industri yang menyerap 45 persen atau sekitar 270 ribu ton dari total konsumsi karet alam dalam negeri,” ungkapnya. 

Teddy menyampaikan, produk ban merupakan salah satu komoditi andalan ekspor dengan 70 persen total produksi diperuntukkan bagi pasar ekspor dan nilai ekspor mencapai 1,5 miliar dolar AS per tahun. 

“Ban merupakan produk yang pangsanya ditentukan oleh mekanisme pasar. Variasi model, ukuran dan teknologi yang diterapkan menentukan brand image di masyarakat,” terangnya.