Data Statistik Februari 2017

:


Oleh Irvina Falah, Selasa, 18 Juli 2017 | 13:43 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 1K


Hari ini, Senin 17 Juli 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis beberapa informasi tentang perkembangan ekspor impor, upah buruh, dan data strategis lainnya. Berikut ini disampaikan ringkasan data-data tersebut:

I. PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI  2017 

A. PERKEMBANGAN EKSPOR

â–¶ Nilai ekspor Indonesia Juni 2017 mencapai US$11,64 miliar atau menurun 18,82 persen dibanding ekspor Mei 2017. Demikian juga dibanding Juni 2016 menurun 11,82 persen.

â–¶ Ekspor nonmigas Juni 2017 mencapai US$10,35 miliar, turun 20,66 persen dibanding Mei 2017, demikian juga dibanding ekspor Juni 2016  turun 13,85 persen.

â–¶ Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia JanuariJuni 2017 mencapai US$79,96 miliar atau meningkat 14,03 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$72,36  miliar atau meningkat 13,73 persen.

â–¶ Penurunan terbesar ekspor nonmigas Juni 2017 terhadap Mei 2017 terjadi pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$308,2 juta (16,48 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bubur kayu/pulp sebesar US$32,6 juta (20,05 persen).

B. PERKEMBANGAN IMPOR

â–¶ Nilai impor Indonesia Juni 2017 mencapai US$10,01 miliar atau turun 27,26 persen dibanding Mei 2017, demikian pula apabila dibandingkan Juni 2016 turun 17,21 persen. 

â–¶ Impor nonmigas Juni 2017 mencapai US$8,40 miliar atau turun 29,88 persen dibanding Mei 2017, demikian juga bila dibanding Juni 2016 turun 18,65 persen. 

â–¶ Impor migas Juni 2017 mencapai US$1,61 miliar atau turun 9,79 persen dibanding Mei 2017 dan turun 8,80 persen jika dibanding Juni 2016.

â–¶ Peningkatan impor nonmigas terbesar Juni 2017 dibanding Mei 2017 adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung US$171,1 juta (295,51 persen), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan mesin dan peralatan listrik US$559,1 juta (35,15 persen). 

II. PERKEMBANGAN UPAH PEKERJA/BURUH

â–¶ Upah nominal harian buruh tani nasional pada Juni 2017 naik sebesar 0,26 persen dibanding upah buruh tani Mei 2017, yaitu dari Rp49.782,00 menjadi Rp49.912,00 per hari. Upah riil mengalami kenaikan sebesar  0,04  persen1). 

â–¶ Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Juni 2017 naik 0,02 persen dibanding upah Mei 2017, yaitu dari Rp83.958,00 menjadi Rp83.975,00 per hari. Upah riil mengalami penurunan sebesar  0,67 persen1).

Catatan : Perubahan upah riil menggambarkan perubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh seperti: buruh tani dan buruh informal perkotaan, yaitu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil maka semakin tinggi daya beli upah buruh, atau sebaliknya.

 

III. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JUNI 2017

â–¶ Rupiah terapresiasi 0,21 persen terhadap dolar Amerika pada Juni 2017 dengan nilai tukar sebesar Rp13.278,69 per dolar Amerika. Level tertinggi rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap dolar Amerika terjadi pada minggu kedua Juni 2017, yang mencapai Rp13.273,45 per dolar Amerika. Sedangkan menurut provinsi, level tertinggi kurs tengah terjadi di Provinsi Bali yang mencapai Rp13.101,88 per dolar Amerika pada minggu keempat Juni 2017.

â–¶ Rupiah terdepresiasi 2,06 persen terhadap dolar Australia pada Juni 2017 dengan nilai tukar sebesar Rp10.112,91 per dolar Australia. Nilai tersebut menjadi level terendah rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap dolar Australia yang jatuh pada minggu keempat Juni 2017. Sedangkan menurut provinsi, level terendah kurs tengah terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah yang mencapai Rp10.306,68 per dolar Australia pada minggu keempat Juni 2017.

â–¶ Rupiah terapresiasi 0,52 persen terhadap yen Jepang pada Juni 2017 dengan nilai tukar sebesar Rp118,75 per yen Jepang. Nilai tersebut menjadi level tertinggi rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap yen Jepang yang jatuh pada minggu keempat Juni 2017. Sedangkan menurut provinsi, level tertinggi kurs tengah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mencapai Rp112,50 per yen Jepang pada minggu ketiga Juni 2017.

â–¶ Rupiah terdepresiasi 1,06 persen terhadap euro pada Juni 2017 dengan nilai tukar tukar sebesar Rp14.996,62 per euro. Nilai tersebut menjadi level terendah rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap euro yang jatuh pada minggu keempat Juni 2017. Sedangkan menurut provinsi, level terendah kurs tengah terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara yang mencapai Rp15.216,45 per euro pada minggu keempat Juni 2017.

 

IV. PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

â–¶ Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 persen), bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70 persen).

â–¶ Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2016 sebesar 7,73 persen, turun menjadi 7,72 persen pada Maret 2017. Sementara, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada  September 2016 sebesar 13,96 persen, turun menjadi 13,93 persen pada Maret 2017.

â–¶ Selama periode September 2016–Maret 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 188,19 ribu orang (dari 10,49 juta orang pada September 2016 menjadi 10,67 juta orang pada Maret 2017). Sementara, di daerah perdesaan turun sebanyak 181,29 ribu orang (dari 17,28 juta orang pada September 2016 menjadi 17,10 juta orang pada Maret 2017).

â–¶ Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2017 tercatat sebesar 73,31 persen. Kondisi ini tidak  jauh berbeda dengan kondisi September 2016 yaitu sebesar 73,19 persen.

â–¶ Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun  di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan,  gula pasir, kopi bubuk dan kopi instan (sachet), dan bawang merah. Sementara itu, untuk komoditi bukan makanan yang besar pengaruhnya adalah biaya perumahan, listrik, bensin, pendidikan, angkutan, kesehatan, dan perlengkapan mandi.

 

V. TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017

â–¶ Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,393. Angka ini menurun sebesar 0,001 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2016 yang sebesar 0,394. Sementara itu, jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2016 yang sebesar 0,397, turun sebesar 0,004 poin.

â–¶ Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2017 sebesar 0,407, turun dibanding Gini Ratio September 2016 yang sebesar 0,409 dan Gini Ratio Maret 2016 yang sebesar 0,410. Sementara itu, Gini Ratio di daerah perdesaan pada Maret 2017 sebesar 0,320, naik dibanding Gini Ratio September 2016 yang sebesar 0,316 dan turun dibanding Gini Ratio Maret 2016 yang sebesar 0,327.

â–¶ Pada Maret 2017, distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 17,12 persen. Artinya, pengeluaran penduduk masih berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah. Jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 16,04 persen yang artinya berada pada kategori ketimpangan sedang. Sementara untuk daerah perdesaan, angkanya tercatat sebesar 20,36 persen yang berarti masuk dalam  kategori ketimpangan rendah.

 

Untuk info detil dan unduh data silakan akses website BPS www.bps.go.id

 

Salam,

Humas Badan Pusat Statistik (BPS)

Website   : www.bps.go.id

Twitter     : bps_statistics

Facebook : badan pusat statistik

Youtube     : BPS Statistics