Sosok Dibalik Logo Provinsi Gorontalo Yang Mengabadi

:


Oleh MC Prov Gorontalo, Jumat, 8 Desember 2017 | 16:19 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Gorontalo, InfoPublik – Roni Katili, otak perancang desain logo Provinsi Gorontalo, berharap karya monumentalnya itu dapat terus mengabadi dan dikenal semua orang. Ia memenangkan Sayembara Cipta Lambang Provinsi di pertengahan tahun 2001 yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo.

Sayembara Cipta Lambang Provinsi tersebut digelar, di saat Provinsi Gorontalo usianya belum genap satu tahun. Lambang dianggap penting sebagai simbol, identitas, dan gambaran karakter daerah yang diwakili.

Kesadaran itu pula yang mendorong pemerintah provinsi, melalui Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) untuk mengundang partisipasi warga membuat desain logo.

Seiring berjalannya waktu, lambang Provinsi Gorontalo dengan warna ungu yang khas terus digunakan. Di surat resmi pemerintah, bendera, spanduk, baliho bahkan di lengan kiri pakaian Khaki Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov Gorontalo.

Di balik semua itu, tidak banyak yang tahu siapa otak perancang desain logo. Ia adalah Roni Katili, pria kelahiran Gorontalo 12 September 1966. Kepada Humas Pemerintah Provinsi Gorontalo, Roni Katili bercerita bagaimana desainnya terpilih menjadi logo resmi pemerintah daerah.

“Jadi waktu itu ada Sayembara Cipta Lambang Provinsi. Nelson Pomalingo (Kepala Bappeda) panitianya. Saya lupa kapan persisnya, yang jelas sekitar tahun 2001,” kenang bapak tamatan STM tahun 1987 itu.

Warga kelurahan Heledulaa Utara, Kecamatan Kota Timur itu pun, kemudian tertantang untuk mengikuti sayembara. Ada sepuluh desain logo yang ia ikutkan lomba, satu di antaranya keluar sebagai pemenang. Roni mengaku mendapat inspirasi dari mengamati setiap ciri khas Gorontalo, termasuk juga terinspirasi dari lambang Kota Gorontalo.

Padi dan kapas saya terinspirasi dari logo pemerintah kota. Itu kan artinya menggambarkan kesejahteraan dan lain lain. Ada juga corak lonjong di dalam logo itu diambil dari telur burung Maleo, sebagai burung endemik Gorontalo.

“Ada benteng Otana dan gambar buku yang diambil dari falsafah kita “adat bersendikan sara’, sara’ bersendikan kitabullah”, jelas bapak satu orang anak itu.

Roni mengaku tidak sendiri dalam mendesain logo. Ia dibantu oleh Kusno Monoarfa, operator komputer diusaha percetakan yang ia tekuni. Berbekal ide darinya, Kusno menterjemahkan ke dalam coretan komputer. Ada suka dan duka di balik karyanya itu.

“Kesulitan terbesarnya itu di fasilitas pak. Waktu itu di Gorontalo masih susah cari tinta cetak (printer). Kalau tintanya habis, harus beli sekalian dengan cartridge. Pesannya juga harus di luar daerah,” kisahnya.

Setelah diumumkan sebagai pemenang, karya Roni selanjutnya dipresentasikan di depan anggota DPRD Provinsi Gorontalo untuk disetujui sebagai logo resmi. Roni tidak hafal lagi, kapan pertama kalinya logo itu diresmikan dan mulai digunakan.

Atas karyanya itu, Roni diganjar uang Rp10 juta dari pemerintah dan selembar piagam penghargaan.

Di usia Gorontalo ke-17, Roni tidak banyak mengapungkan harapan. Ia hanya berdoa agar provinsi pecahan dari Sulawesi Utara ini bisa semakin sukses dan sejahtera rakyatnya. Ia juga berharap, karya monumentalnya itu dapat terus mengabadi dan dikenal semua orang. (mcprovgorontalo/humas/isam/toeb)