Menkes: Upaya Membangun Ketahanan Kesehatan Nasional Sangat Penting

:


Oleh Putri, Rabu, 28 Februari 2018 | 15:04 WIB - Redaktur: Juli - 587


Jakarta, InfoPublik – Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan Emerging Disease adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru, yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir.

"Sedangkan Re-emerging disease atau yang biasa disebut resurging disease adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau," kata Menkes, saat seminar sehari peningkatan kewaspadaan terhadap Emerging dan Re-Emerging Infectious Disease di Jakarta, Rabu (28/2).

Untuk itu menurutnya, hasil-hasil penelitian yang terkait dengan kasus infeksi yang terjadi pada manusia, identifikasi agen penyakit pada manusia, infeksi pada hewan penular penyakit, identifikasi pada agen penyakit pada hewan, dan kesehatan lingkungan menjadi sangat penting dikaitkan dengan upaya membangun ketahanan kesehatan nasional.

"Dengan adanya Global Health Security ada tiga langkah yaitu to prevent, to detect, and to response yang juga terintegrasi dengan Internasional Health Regulation (IHR) ada 19 technical area. To prevent ada tujuh area yaitu kebijakan dan legislasi nasional, koordinasi komunikasi advokasi, IHR, resistensi antimikroba, penyakit zoonotik, keamanan pangan dan keselamatan hayati, serta imunisasi," jelas Menkes.

Sedangkan to detect mencakup empat yaitu harus melakukan penguatan laboratorium nasional, surveilans, pelaporan, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) kesehatan. To response tentunya preparedness emergency response operations sampai risk communication. Tambahan area keteknisan lainnya adalah pintu masuk dari negara lain yaitu bahaya kimia, kedaruratan radiasi dan nuklir.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan misalnya tekah berkolaborasi dengan National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), melakukan research klinis mengenai penyebab demam di Indonesia dan diverifikasi. Hasilnya adalah banyak terjadinya ketidak sesuaian antara diagnosis klinis dan diagnosis PCR, juga ditemukannya agen-agen baru.

Balai Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit (VRP) di Salatiga juga telah melakukan research khusus VRP diambil di seluruh provinsi di Indonesia. Pada dasarnya VRP ini berupaya untuk elaborasi hewan penular penyakit (nyamuk, tikus, kelelawar, dll) baik dari sisi identifikasi spesies baru maupun juga melihat kandungan agen penyebab penyakitnya.

“Ini menjadi sangat penting dalam rangka pembangunan kewaspadaan. Oleh karena itu, kita berusaha mengidentifikasi, misalnya apakah di dalam nyamuk ada chikungunya, di tikus juga apakah ada leptospirosis dan lainnya,” kata Kepala Balitbangkes Siswanto.

Ia menjelaskan, yang tidak kalah penting adalah hasil penelitian evaluatif pusat terkait eliminasi filariasis (kaki gajah). Menampilkan hasil surveilans pada manusia yang dikombinasikan dengan surveilans pada hewan merupakan potret yang menarik dalam konteks One Health guna membangun kesehatan nasional yang kuat dan kokoh.