Warga Parimo Antusias Menyaksikan Pelaksanaan Pawai Ogoh Ogoh

:


Oleh MC KAB PARIGI MOUTONG, Sabtu, 17 Maret 2018 | 19:22 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Parigi Moutong, InfoPublik -  Sebanyak 20 patung raksasa ogoh – ogoh diarak melewati Jl,Trans Sulawesi Desa Tolai dalam pelaksanaan pawai ogoh ogoh dalam  perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940 di Desa Tolai, Jum'at (16/3). 

Sebanyak 20 patung raksasa ogoh – ogoh diarak sejauh kurang lebih tiga kilometer dan animo masyarakat untuk menyaksikan pawai tersebut sangatlah besar, sebab pawai ogoh – ogoh hanya ada dalam setahun sekali.

Sehingga  sepanjang jalan poros Trans Sulawesi Kecamatan Torue terjadi kemacetan kendaraan yang melintasi dari arah ke Kabupaten Poso  dan ke Kota Parigi mengalami kemacetan 

Patung yang dibuat dengan bambu, kertas, kain dan benda -  benda yang sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyarakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngrupuk.

Dan ogoh – ogoh adalah pelengkap kemeriahan upacara dan bentuknya agar disesuaikan, seperti berupa raksasa yang melambangkan Bhuta Kala, dan makna dari ogoh – ogoh yaitu perwujudan para bhuta kala dan bertujuan untuk memberikan suguhan agar para bhuta kala ini tidak mengganggu masyarakat yang akan melaksanakan perayaan hari raya nyepi.

Hari Raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun baru saka, yang pada tahun ini jatuh pada Tanggal 18 Maret dan merupakan hari penyucian untuk alam semesta beserta isinya.

Selaku Ketua Panitia I Ketut Karya mengatakan Umat Hindu merayakan Nyepi selama 24 jam, dari matahari terbit (jam 6 pagi) sampai jam 6 pagi besoknya.

Umat diharapkan bisa melaksanakan “Catur Brata Penyepian”, yaitu  Amati Geni artinya tidak boleh berapi-api baik api secara fisik maupun api didalam diri (nafsu), Amati Karya  artinya tidak boleh beraktivitas/bekerja.

Serta, Amati Lelungan, dari kata lelunga yang artinya bepergian, artinya tidak boleh bepergian keluar rumah, Amati Lelanguan artinya tidak boleh bersenang-senang/ menyalakan TV/radio yang bersifat hiburan. 

Dengan adanya Catur Brata Penyepian ini, mengingatkan kita agar belajar pendalian diri dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian, sehingga kita bisa fokus dan berkonsentrasi dengan baik untuk mulat sarira (kembali ke jati diri) melalui perenungan dan meditasi. tetapi dalam kenyataannya di masyarakat, masih banyak umat pada saat Nyepi malah menyalahgunakannya untuk berjudi “meceki” seharian. 

Selain Catur Brata Penyepian, bagi yang umat yang mampu akan sangat bagus jika pada Nyepi bisa melaksanakan tapa, brata, yoga, samadi misalnya dengan puasa selama 24 jam, dan juga monobrata, yaitu tidak ngomong alias puasa berbicara sambil selalu memfokuskan pikiran kepada Tuhan Ida Sang Hyang Widi Wasa.

Ia berharap dalam Hari Raya Nyepi ini dapat berlangsung dengan baik serta mengharapkan semoga di tahun ini lahir sosok pemimpin berjiwa kesatria pemimpin yang mana nantinya harus bisa tepo seliro.

"Maksud dari tepo seliro yaitu ketika nantinya akan menjadi pejabat tidaklah bertindak semaunya seperti sikap arogan dan tidak berpikir bijaksana,” kata I Ketut Karya kepada Media Center Kominfo Parimo

Bagi umat Hindu dalam perayaan Hari Raya Nyepi  yang jatuh setahun sekali bisa membawa kedamain , keamanan, ketenteraman dan berbagai ritual yang dilakukan dapat berdampak mewujudkan harmonisasi.

Dan kebersamaan baik antar sesama umat Hindu maupun dengan umat beragama lainnya sehingga, terciptanya kedamaian khususnya di Kabupaten Parigi Moutong . (MC Parigi Moutong/Nr/toeb)