Indonesia-Australia Bahas Perundingan CEPA dan RCEP

:


Oleh Wawan Budiyanto, Minggu, 18 Maret 2018 | 09:12 WIB - Redaktur: Juli - 264


Jakarta, InfoPublik - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita melakukan pertemuan bilateral dengan mitranya Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Stephen Ciobo untuk membahas perkembangan perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) dan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di Sydney International Convention Center, Australia, Jumat (16/3).

Khusus perundingan IA-CEPA yang telah melalui 11 putaran perundingan penuh dan beberapa perundingan intersesi, Australia berkomitmen untuk menyelesaikan perundingan antara dua ekonomi terbesar di Asia Tenggara dalam tahun ini.

“Saya menyambut baik keinginan Australia menyelesaikan perundingan CEPA ini karena Indonesia pun memiliki komitmen yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan kunjungan Tim Perunding Indonesia ke Sydney beberapa hari lalu untuk mencari titik temu pada beberapa isu yang menyebabkan tertundanya penyelesaian perundingan pada akhir tahun 2017 sebagaimana diamanatkan oleh pimpinan kedua negara,” kata Enggar dalam keterangannya yang diterima Infopublik, Minggu (18/3).

Penyelesaian perundingan CEPA memang tertunda meskipun kedua pihak telah mengintensifkan perundingan di semua tingkatan menjelang akhir 2017. Setelah melakukan refleksi untuk mengkaji dengan jernih perbedaan posisi yang ada, kedua tim perunding melakukan konsultasi pada 6-7 Maret 2018 lalu di Sydney. Dari pertemuan ini, kedua tim perunding mengidentifikasi sejumlah isu yang akan dirundingkan kembali dalam waktu dekat.

Dalam pertemuan di Sydney, kedua Menteri menekankan perlunya sebuah paket kesepakatan yang dapat diterima baik oleh pemangku kepentingan Indonesia maupun pemangku kepentingan Australia.

“Kita ingin sebuah perjanjian yang diterima baik oleh pemangku kepentingan kita. Demikian pula Australia ingin mendapatkan sebuah perjanjian yang dapat diterima baik oleh pemangku kepentingannya. Perbedaan tingkat pembangunan kedua negara menyebabkan adanya perbedaan. Apa yang dapat diterima oleh Indonesia belum tentu dapat diterima Australia, dan sebaliknya. Inilah gap atau jurang yang akan kita coba jembatani,” ujar Enggar.

Kedua Menteri juga membicarakan status perundingan 16 negara untuk menyepakati Perjanjian RCEP yang telah melalui 21 putaran. Sebagai koordinator ASEAN dalam perundingan ini sekaligus Ketua Komite Perundingan RCEP sejak diluncurkan pada November 2012, Indonesia menyampaikan pesan kepada Australia agar bekerja sama dengan ASEAN dan mitra runding RCEP lainnya menemukan landing zones yang pragmatis dan realistis.

“Sebagai Ketua Komite Perundingan, kita melihat betapa lebar perbedaan ambisi di antara negara peserta RCEP, khususnya antara ASEAN, China, dan India dengan mitra negara maju ASEAN dalam perundingan ini yakni Australia, Korea Selatan, Jepang, dan Selandia Baru. Saya berpesan agar semua negara melakukan rekalibrasi ke atas dan ke bawah untuk bertemu pada titik yang dapat disepakati semua,” jelas Enggar.

Menteri Ciobo menyatakan penghargaan Australia kepada Indonesia yang dengan tekun terus memimpin perundingan yang rumit ini. Tidak ada satu negara pun di dunia yang memiliki pengalaman untuk mengelola konsolidasi lima Free Trade Agreement (FTA) regional menjadi satu, seperti yang dilakukan dengan RCEP ini. Australia sepakat bahwa RCEP memiliki potensi ekonomi yang luar biasa dan dapat menjadi mesin pendorong pertumbuhan perdagangan dan ekonomi dunia yang sangat signifikan.

Enggar mengingatkan rekannya mengenai perlunya keseimbangan yang wajar antara tingkat ambisi integrasi ekonomi 16 negara dan sensitivitas serta tantangan pembangunan yang dihadapi negara berkembang dan negara kurang berkembang dalam perundingan RCEP ini.