Perkembangan Infrastruktur Sulawesi dan Kepulauan Maluku

:


Oleh Reporter, Sabtu, 26 Mei 2018 | 23:26 WIB - Redaktur: Juli - 4K


Jakarta, InfoPublik - Sulawesi adalah pulau terbesar keempat di Indonesia setelah Papua, Kalimantan, dan Sumatera, dengan luas 174.600 kilometer persegi. Sulawesi juga merupakan produsen pangan ketiga terbesar di Indonesia yang menyumbang 10 persen produksi padi nasional dan 15 persen produksi jagung nasional.

Pertanian pangan ini juga menyumbang 13 persen PDRB Sulawesi. Namun, target untuk menjadi penghasil kakao nomor 1 di dunia terhambat karena produksi terpusat di satu wilayah. Penyebaran produksi terhambat oleh minimnya infrastruktur pendukung. 

Untuk pemerataan dibuatlah strategi Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di pulau ini sebagai salah satu solusi. Terdiri dari 5 WPS yaitu WPS Bitung-Manado-Amurang, WPS Gorontalo-Bolaan Mongondow, WPS Palu-Banggai, WPS Mamuju-Mamasa-Toraja-Kendari-Buton-Wakatobi, dan WPS Makassar-Parepare-Mamuju. 

Berikut beberapa insfrastruktur yang dibangun untuk menunjang penyebaran produksi dan ketahanan pangan guna meningkatkan perekonomian di Sulawesi.

1. Jalan Tol Manado-Bitung yang rencananya akan selesai pada 2019 diharapkan dapat memangkas biaya logistik dan jarak tempuh antar dua kota tersebut.

2. Proses pembangunan Bendungan Ladongi yang terletak di Kelurahan Atula, Kecamatan Ladongi, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra), saat ini sudah mencapai progres pekerjaan 19 persen. Bendungan yang rencananya akan selesai pada 2020 ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu irigasi untuk mengairi sawah seluas 3600 hektare, juga untuk pembangkit listrik dan air bersih, pembangkit listrik tenaga air dengan kekuatan 1,5 mega watt, atau dapat menerangi satu kecamatan dan sebagai salah satu wisata alternatif di Koltim.

Sedangkan kepulauan Maluku dengan luas daratan 77.990 km2 dan luas perairan mencapai 776.500 km2, memiliki kekayaan alam berupa sumber daya hayati laut dan sumber daya pesisir yang sangat melimpah. Bahkan potensi ikan tuna di wilayah ini menjadi yang terbesar di dunia. Sektor pertanian dan pertambangan juga menjadi sumber ekonomi utama wilayah. Hasiltambang yang dihasilkan oleh pulau ini adalah nikel, khususnya di Maluku Utara. 

Namun, potensi-potensi yang dimiliki oleh kepulauan ini belum ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Untuk memperlancar aktivitas ekonomi dari hulu hingga ke hilir, keberadaan infrastruktur khususnya infrastruktur transportasi mutlak diperlukan. Ketersediaan infrastruktur jalan sangat dibutuhkan untuk membuka keterisolasian wilayah dan juga sebagai akses transportasi untuk pengelolaan maupun pemasaran produksi masyarakat.

Terlebih lagi geografis wilayahnya yang berupa kepulauan akan membutuhkan infrastruktur transportasi yang terintegrasi, terutama antara transportasi darat dan laut. Di kepulauan Maluku terdapat 2 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) yaitu Ternate-Sofifi-Daruba dan Ambon-Masohi. 

Guna membuka keterisolasian wilayah dan juga sebagai akses transportasi di Kepulauan Maluku, pemerintah membangun beberapa infrastruktur penunjang, yaitu : 

1. Jembatan Merah Putih yang diresmikan Presiden Jokowi pada April lalu kini menjadi ikon terbaru Kota Ambon. Jembatan ini ditahbiskan menjadi jembatan terpanjang di kawasan Indonesia Timur, dengan panjang 1.140 meter yang terbagi ke dalam tiga bagian yaitu, Jembatan Pendekat di sisi Desa Poka sepanjang 520 meter, Jembatan Pendekat di sisi Desa Galala sepanjang 320 meter, dan Jembatan Utama sepanjang 300 meter. Jembatan yang berlokasi tepat di Teluk Dalam Pulau Ambon ini menghubungkan Desa Rumah Tiga (Poka), Kecamatan Sirimau pada sisi utara dan Desa Hative Kecil/Galala, Kecamatan Teluk Ambon pada sisi selatan. 

Keberadaan Jembatan Merah Putih mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari Kota Ambon menuju Bandara Pattimura dan sebaliknya, sehingga biaya operasional kendaraan dapat berkurang.Sebelum ada Jembatan Merah Putih, jarak Bandara Internasional Pattimura ke Kota Ambon yang berkisar 35 kilometer harus ditempuh selama 60 menit dengan memutari Teluk Ambon atau dengan menggunakan kapal penyeberangan.

2. Penunjukan Wakatobi sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Wakatobi memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata, yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Sejumlah dana dikucurkan pemerintah dan hibah swasta luar negeri guna mewujudkan hal ini.
 

 

 

 

(sumber : Kementerian PUPR)