Kementan Dukung Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 2020

:


Oleh Baheramsyah, Selasa, 17 Juli 2018 | 03:04 WIB - Redaktur: Juli - 357


Bogor, InfoPublik - Untuk mendukung target penurunan Emisi di 2020, Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) Kementerian Pertanian menggelar Workshop Pelatihan Peningkatan Kompetensi dan Pengetahuan Peneliti tentang perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari Peternakan Menggunakan Software ALU Tool di Bogor, Senin (16/7).

Workshop dibuka oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Muhammad Syakir.

Menurutnya, topik dalam workshop ini sangatlah strategis. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK). "Diharapkan pada 2020 akan menurunkan emisi dari semua sektor sebesar 29 persen dengan usaha sendiri atau sampai 41 persen dengan bantuan pendanaan dari luar negeri," ujarnya.

Kepala Puslitbangnak Atien Priyanti menyampaikan workshop dan pelatihan ini merupakan kegiatan Badan Litbang Pertanian Proyek Sustainable Management of Agricultural Research and Technology Dissemination (SmartD) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti lingkup Badan Litbang Pertanian, dalam mengukur dan menghitung emisi gas rumah kaca (GRK) sektor peternakan dengan menggunakan Software ALU Tool.

Acara kemudian dilanjutkan dengan penyampaian teori tentang perubahan iklim, emisi GRK dari peternakan oleh Dr.Joel Gibbs yang berasal dari New Zealand dan disusul dengan pemaparan Bagaimana mengukur serta menghitung emisi GRK peternakan yang disampaikan oleh Dr.Stefan Muetzel yang juga berasal dari New Zealand. 

Pelatihan dilanjutkan dengan Penjelasan Panduan IPCC 2006 (dengan fokus ternak di sektor AFOLU) OLEH Leandro Buendia dari Filipina.

Sampai dengan 2016 penghitungan dari subsektor peternakan masih menggunakan metode Tier-1, Namun pengembangan hasil penelitian oleh Pusllitbangnak, yang menghasilkan beberapa nilai faktor emisi lokal Indonesia untuk semua jenis ternak, mengharuskan penghitungan dilakukan dengan metode yang lebih baik (Tier-2).

Pelatihan diikuti oleh 36 peserta, yang terdiri dari 26 peneliti BPTP, 2 peneliti Balitnak, 3 peneliti Puslitbangnak, 2 peneliti Lolit Sapi Potong, 2 peneliti Lolit Kambing Potong dan 1 peneliti Balingtan.