- Oleh Wahyu Sudoyo
- Senin, 11 November 2024 | 14:56 WIB
: General Manager Litbang Kompas Ignatius Kristanto dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema Satu Dekade Memimpin Indonesia, Lebih Dari 70% Publik Puas, di Jakarta (dok FMB9)
Oleh Wahyu Sudoyo, Sabtu, 5 Oktober 2024 | 00:23 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 308
Jakarta, InfoPublik – Masyarakat kelas bawah cenderung memiliki pandangan positif terhadap kinerja Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin.
General Manager Litbang Kompas, Ignatius Kristanto menyatakan, pandangan mayoritas penduduk ini menentukan hasil survei Litbang Kompang yang mencatat tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Jokowi mencapai 75,6 persen selama sepuluh tahun kepemimpinannya.
“Ada disparitas antara kenyataan di lapangan dengan apa yang berkembang di media sosial. Kelas bawah memiliki keterbatasan akses internet dan media sosial, sehingga mereka lebih banyak menilai dari pengalaman langsung yang mereka rasakan,” kata General Manager Litbang Kompas dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema Satu Dekade Memimpin Indonesia, Lebih Dari 70% Publik Puas, di Jakarta, pada Jumat (4/10/2024).
Kristanto menjelaskan, perbedaan ini mencerminkan adanya jarak antara opini publik yang terbentuk di dunia maya dengan realitas yang masyarakat sehari-hari.
Sentimen negatif terhadap Presiden Jokowi dinilai lebih banyak muncul dari kalangan menengah atas yang aktif di platform media sosial seperti X (dulu Twitter).
“Namun, basis pengguna X ini relatif kecil dibandingkan platform lain seperti Facebook, yang lebih banyak digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah. Di Facebook, nada positif terhadap Presiden Jokowi justru lebih tinggi,” ungkapnya.
Menurut Kristanto, struktur demografi pengguna media sosial di Indonesia juga mempengaruhi sentimen yang berkembang.
Setiap platform memiliki karakteristik audiens yang berbeda. Masyarakat kelas bawah, yang cenderung tidak memiliki akses luas ke platform seperti X, lebih banyak terpapar informasi dari pengalaman nyata dibandingkan opini yang berkembang di media sosial.
“Ini membuat persepsi yang berkembang di media sosial tidak bisa dijadikan tolak ukur mutlak tentang pandangan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi,” lanjut General Manager Litbang Kompas.
Selain itu, pencapaian di bidang ekonomi, seperti pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan sosial, menjadi faktor yang paling diapresiasi oleh masyarakat kelas bawah.
“Dalam tiga tahun terakhir, jumlah lulusan SMK yang terserap di dunia kerja meningkat secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah mulai memberikan dampak nyata bagi kalangan menengah bawah,” tambahnya.
Dia juga menegaskan bahwa publik perlu memahami bahwa yang terjadi di media sosial tidak selalu mencerminkan pandangan masyarakat secara keseluruhan.
Sentimen yang berkembang di media sosial tidak mencerminkan kehidupan sehari-hari di masyarakat, karena setiap platform punya basis audiensnya masing-masing sehingga bukan merepresentasikan suara rakyat sesungguhnya.
“Ini membuat persepsi di dunia maya seringkali berbeda dari apa yang terjadi di lapangan,” tutup Ignatius Kristanto.