KKP Kembangkan Modeling Komoditas Unggulan untuk Dongkrak Produktivitas Perikanan Budidaya

: Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya KKP, Tb. Haeru Rahayu (Dok foto: KKP).


Oleh Baheramsyah, Sabtu, 10 Februari 2024 | 22:54 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 225


Jakarta,InfoPublik – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan model pengembangan berbasis kawasan untuk lima komoditas unggulan yaitu udang, rumput laut, nila, kepiting dan lobster. Hal ini sebagai upaya akselerasi pengembangan perikanan budidaya berkelanjutan di Indonesia.

Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb. Haeru Rahayu mengatakan bahwa hal tersebut sebagai strategi KKP dalam mendongkrak produksi komoditas unggulan ekspor asal Indonesia.

Sebelumnya KKP telah membangun modeling tambak udang berbasis kawasan di Kebumen Jawa Tengah. Selanjutnya KKP juga akan persiapan pembangunan budidaya udang terintegrasi hulu dan hilir di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

"Pembangunannya mengedepankan prinsip keberlanjutan lingkungan, serta mengutamakan penyerapan tenaga kerja lokal. Diharapkan dari program pembangunan modeling dan revitalisasi tambak udang, nantinya ada peningkatan ekspor udang Indonesia menjadi USD2,1 miliar pada tahun 2024," ujar Tebe dalam keterangannya, Sabtu (19/2/2024).

Lebih lanjut, Tebe menjelaskan bahwa modeling budidaya rumput laut juga telah terbangun di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo mengenai industri hilirisasi sektor kelautan dan perikanan, KKP saat ini akan persiapan dalam program pembangunan modeling rumput laut di Maluku Tenggara dan Rote Ndao.

"Dengan program pembangunan modeling tersebut, diharapkan nantinya ada peningkatan ekspor rumput laut Indonesia menjadi USD658 juta pada 2024," papar Tebe.

Selain itu, KKP juga sedang mempersiapkan program modeling budidaya ikan nila salin. Program ini dilakukan melalui revitalisasi tambak udang di Pantai Utara Jawa yang telah idle. Selain itu program tersebut mendorong alih budidaya yang semula di danau (lake based) ke daratan (land based). Program modeling ini, nantinya juga diharapkan mendorong adanya peningkatan ekspor nila Indonesia menjadi USD77 juta pada 2024.

Tebe juga menjelaskan saat ini KKP akan menyiapkan program modeling budidaya kepiting. Diharapkan melalui program modeling budidaya kepiting, nantinya akan meningkatkan ekspor kepiting Indonesia menjadi USD476 juta pada 2024.

Selain itu, program modeling budidaya lobster, sebagai upaya mendorong penguatan budidaya lobster melalui kerjasama dengan negara yang sudah berkembang budidaya lobsternya, untuk berinvestasi lobster di Indonesia. Dengan begitu diharapkan nantinya ada peningkatan ekspor lobster Indonesia menjadi USD25 juta pada tahun 2024.

“Bapak Menteri Trenggono selalu mengatakan bahwa subsektor perikanan budidaya memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Perikanan budidaya menjadi salah satu bidang usaha yang berhasil meraup porsi investasi yang terbesar di sektor kelautan dan perikanan. Terlihat dari data Triwulan III tahun 2023, sub sektor perikanan budidaya menempati peringkat kedua setelah pengolahan perikanan yaitu dengan proporsi 27 persen,” ungkap Tebe.

Dirjen Tebe juga menyampaikan berdasarkan data FAO 2023, persentase masyarakat dunia yang mengalami kekurangan pangan meningkat dari 7,9 persen di tahun 2019 menjadi 9,2 persen pada 2022. Kondisi demikian tentunya diprediksi akan adanya peningkatan kebutuhan protein dunia hingga 70 persen. Tentunya juga akan terjadi meningkatnya permintaan ikan global berlipat ganda antara tahun 2020 hingga 2050. Permintaan tersebut nantinya akan lebih banyak dipenuhi dari produksi perikanan budidaya.

Sebagai informasi, pasar udang global tahun 2023 mencapai USD60,4 miliar, sementara tahun 2033 diprediksi bisa mencapai USD123,8 miliar. Share ekspor udang Indonesia tahun 2022 sebesar 6,7 persen dari global. Pasar rumpur laut global tahun 2023 mencapai USD16,7 miliar, sementara tahun 2033 diprediksi bisa mencapai USD30,2 miliar.

Share ekspor rumput laut Indonesia tahun 2022 sebesar 16,4 persen dari global. Nilai pasar nila global tahun 2023 mencapai USD13,9 miliar, sementara tahun 2033 diprediksi bisa mencapai USD21,6 miliar. Share ekspor nila Indonesia tahun 2022 sebesar 9,7 persen dari global.

Sedangkan potensi pasar kepiting global tahun 2023 mencapai USD879 juta, sementara tahun 2033 diprediksi bisa mencapai USD1,51 miliar. Share ekspor kepiting Indonesia tahun 2022 sebesar 1,9 persen dari global. Begitu juga lobster, punya potensi pasar global tahun 2023 USD7,2 miliar. Share ekspor lobster Indonesia tahun 2022 sebesar 0,5 persen dari global.

Sebelumnya Menteri Trenggono mengundang investor-investor dengan harapan memberi pandangan dan membangun koneksi dengan negara-negara sahabat, sehingga nantinya Indonesia bisa setara, karena produk Indonesia sangat dibutuhkan oleh negara-negara sahabat.

Selain menangkap peluang investasi, KKP juga memprioritaskan tata kelola berbasis ekonomi biru untuk memastikan kelestarian ekosistem kelautan dan perikanan, menjaga agar industri di dalamnya berjalan secara berkelanjutan.