- Oleh Putri
- Senin, 7 Oktober 2024 | 21:34 WIB
: Foto: Kemenkop UKM
Jakarta, InfoPublik – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Arif Rahman Hakim, menekankan pentingnya para petani buah naga di Banyuwangi, Jawa Timur, untuk terus meningkatkan produk olahan (hilirisasi) dan merapikan organisasi Kelompok Tani (Poktan) hingga terbentuk koperasi.
Hilirisasi produk pertanian perlu dilakukan sebagai salah satu upaya bagi bangsa ini untuk bisa keluar dari ancaman kondisi middle income trap atau jebakan negara berpendapatan menengah yang menghambat langkah menjadi negara maju.
"Selain itu penting untuk berkoperasi karena dengan berkoperasi akan lebih mudah bagi anggotanya mengakses peralatan dengan harga lebih murah agar bisa mengolah produk dari buah naga," kata Arif dalam keterangannya di Banyuwangi pada Kamis (8/8/2024).
Saat berdialog dengan para petani buah naga dari Poktan Tunas Sejahtera binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) di Desa Temurejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Arif menyampaikan bahwa tingkat kesegaran dari buah naga terbilang relatif pendek.
Oleh karena itu, mengembangkan produk olahan dari buah naga menjadi aneka produk lain merupakan pilihan yang harus dilakukan. Arif mengatakan pihaknya bersama YDBA dapat melakukan pendampingan dan pelatihan.
Terlebih lagi, saat ini, buah naga sudah menjadi ikon dan produk unggulan dari Banyuwangi. Arif berharap agar ekosistem buah naga, mulai dari proses tanam, produksi, kemasan, hingga pasar, semakin diperkuat.
Termasuk dari sisi permodalan, ada Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kluster dari Bank BRI dan Mekaar dari PNM. Untuk memperkuat ekosistem itu, ia mendorong kolaborasi antara YDBA dengan Dinas Koperasi dan UKM Banyuwangi yang harus semakin ditingkatkan.
"KemenKopUKM bisa meningkatkan kualitas kemasan produk olahannya melalui program Rumah Kemasan," kata Arif.
Ketua Pengurus YDBA, Rahmat Samulo, mengatakan bahwa meski sudah meraih sukses, masih banyak hal yang bisa dikembangkan dan meminta petani untuk terus berinovasi serta mengembangkan produk olahan.
"Inovasi bagi produk ekspor dan sebagainya. Bahkan bisa juga mengembangkan sektor peternakan agar bisa menghasilkan pupuk bagi buah naga. Inovasi-inovasi seperti ini jangan pernah berhenti," kata Rahmat.
Selama ini, YDBA memberikan berbagai program pembinaan seperti pelatihan basic mentality, sharing knowledge terkait ekspor, dan mengajak petani melakukan benchmark ke petani Jember yang telah melakukan ekspor. YDBA juga menjembatani pembiayaan melalui program KUR dan dana bergulir, serta fasilitasi pemasaran ke beberapa offtaker seperti PT Nusa Tropical Indonesia, Sayurbox, dan PT Oreng Osing.
Ketua Poktan Tunas Sejahtera, Nanang Prasetyo, menjelaskan bahwa dalam pembudidayaan buah naga, dari satu hektare bisa diisi sebanyak 1200 tegakan pohon buah, yang dalam sekali panen dalam 3 bulan bisa menghasilkan buah segar sebanyak delapan ton.
"Bila dinominalkan, 1 hektare bisa menghasilkan Rp160 juta per panen. Dalam setahun bisa 3-4 kali panen," kata Nanang.
Namun, Nanang tidak menampik bahwa tidak semua buah naga bisa tumbuh dengan tingkat kesegaran maksimal. Oleh karena itu, pihaknya akan terus berusaha untuk mengembangkan produk olahan agar tidak ada buah naga yang terbuang akibat faktor hama atau buah yang cepat membusuk. Saat ini, para petani sudah mulai mengembangkan produk olahan seperti sale dan keripik.
"Ke depan, kami ingin terus mengembangkan lagi buah segar menjadi aneka produk olahan lain yang diminati pasar. Untuk itu, kami masih membutuhkan pendampingan dari pemerintah dan YDBA," kata Nanang.