- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Minggu, 13 Oktober 2024 | 17:00 WIB
: Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Triono Jonoasmono dalam Indonesia Water, Sanitation, Hygiene dan Water Resource Management yang diselenggarakan Kementerian PUPR dan USAID di Jakarta pada Selasa (19/9/2024)/Foto : Biro Komunikasi Publik PUPR
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Jumat, 20 September 2024 | 05:57 WIB - Redaktur: Untung S - 231
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama United States Agency for International Development (USAID) menyelenggarakan Indonesia Water, Sanitation, Hygiene (WASH) dan Water Resource Management (WRM) Investment Forum di Jakarta, Selasa (17/9/2024). Forum itu bertujuan mengeksplorasi mekanisme pembiayaan yang berkelanjutan untuk meningkatkan akses terhadap air minum, sanitasi, dan pengelolaan sumber daya air.
Acara itu dihadiri oleh 300 peserta dari sektor swasta, pemerintah, dan lembaga keuangan yang memiliki fokus pada pengembangan air minum, sanitasi, dan sumber daya air. Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan, Triono Junoasmono, menjelaskan bahwa forum ini bertujuan mempertemukan para pemangku kepentingan untuk menciptakan kolaborasi yang lebih kuat.
"Melalui kemitraan dengan USAID IUWASH Tangguh, kami mendorong peningkatan layanan air dan sanitasi di wilayah perkotaan yang rentan, sekaligus memperkuat ketahanan iklim dalam pengelolaan sumber daya air," ujar Triono, dalam keterangan tertulisnya Kamis (19/9/2024).
Ia juga mengajak seluruh peserta untuk berkolaborasi demi mewujudkan Indonesia yang tangguh dan berkelanjutan dalam penyediaan layanan air dan sanitasi.
Tantangan Infrastruktur Menuju Indonesia Emas 2045
Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam pengembangan infrastruktur air dan sanitasi untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, Indonesia menargetkan 100 persen akses rumah tangga perkotaan terhadap air minum perpipaan pada 2045, dengan target sanitasi aman sebesar 70 persen.
Namun, capaian saat ini masih jauh dari target. "Akses rumah tangga terhadap air minum perpipaan di Indonesia baru mencapai 19,76 persen, jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Filipina (59 persen), Thailand (71 persen), Malaysia (95 persen), dan Singapura (100 persen)," jelas Triono.
Untuk memenuhi target tersebut, program 10 Juta Sambungan Rumah (SR) telah diluncurkan. Namun, hingga kini baru 4,46 juta SR yang terpasang, meninggalkan gap sebesar 5,54 juta SR. Kebutuhan investasi untuk mencapai target ini mencapai Rp123,4 Triliun, di mana terdapat kesenjangan pendanaan sebesar Rp29,9 Triliun yang perlu diatasi melalui skema pembiayaan alternatif.
Pada sektor sanitasi, Indonesia juga menghadapi tantangan serupa. Saat ini, baru 12 persen rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi aman, dari target 30 persen pada 2024. Untuk mencapai target ini, dibutuhkan investasi sebesar Rp140,9 Triliun, dengan kesenjangan pendanaan sebesar Rp65,7 Triliun yang perlu dipenuhi melalui pembiayaan alternatif.
Mission Director USAID Indonesia, Jeff Cohen, menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah Indonesia, pihak swasta, dan lembaga internasional untuk menciptakan solusi pembiayaan inovatif. "Kami senang dapat berkolaborasi dengan Pemerintah Indonesia untuk mendorong peningkatan akses air minum dan sanitasi yang aman serta pengelolaan sumber daya air yang berketahanan iklim," ujar Jeff Cohen.
Melalui forum ini, USAID berharap dapat membantu Indonesia dalam mencapai target akses air minum dan sanitasi yang lebih baik, dengan meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam pembiayaan proyek-proyek infrastruktur penting.