Indonesia Maksimalkan Pemanfaatan Limbah Sawit untuk Dorong Ekonomi Sirkular dan Keberlanjutan

: Foto: Humas Ekon


Oleh Isma, Kamis, 3 Oktober 2024 | 09:18 WIB - Redaktur: Untung S - 264


Jakarta, InfoPublik – Sebagai salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia berada pada titik penting dalam memaksimalkan pemanfaatan sumber daya sawit, sekaligus mendorong keberlanjutan. Budidaya kelapa sawit, meskipun memberikan manfaat ekonomi besar, juga menghadapi tantangan lingkungan. Salah satunya adalah produksi biomassa dalam jumlah besar seperti tandan buah kosong, batang pohon, limbah cair, dan cangkang inti sawit yang kerap dianggap limbah.

Namun, bahan-bahan tersebut memiliki potensi besar sebagai sumber daya berharga. Bahan sampingan ini dapat diolah menjadi biofuel, bioplastik, pupuk organik, dan berbagai produk lainnya yang mendukung ekonomi sirkular.

“Pemanfaatan limbah kelapa sawit dan pertanian di Indonesia adalah game changer yang dapat mendorong ekonomi sirkular. Dengan pendekatan ini, kita bisa mengimbangi tanggung jawab lingkungan dan pertumbuhan ekonomi melalui praktik pertanian berkelanjutan,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat membuka secara virtual Konferensi Internasional 2024 bertema "Valorising Oil Palm and Agri Waste Feedstocks" yang diadakan oleh Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (APCASI), Rabu (2/10/2024).

Salah satu produk sampingan yang sangat menjanjikan dari industri sawit adalah cangkang inti sawit. Dengan nilai kalori yang sebanding dengan batu bara peringkat rendah, cangkang inti sawit memiliki potensi besar dalam transformasi energi terbarukan di Indonesia. Produksi cangkang inti sawit diperkirakan mencapai 13,4 juta ton per tahun, dan penggunaannya sebagai bahan bakar boiler di pabrik kelapa sawit terus meningkat, menunjukkan pergeseran signifikan menuju energi yang lebih ramah lingkungan.

“Kami secara aktif menjajaki potensi co-firing cangkang inti sawit dengan batu bara peringkat rendah di pembangkit listrik domestik. Kami yakin langkah ini akan menghasilkan solusi inovatif yang bermanfaat baik bagi perekonomian maupun lingkungan,” jelas Menko Airlangga.

Selain itu, pada 2023, Indonesia memproduksi sekitar 3,9 juta ton minyak goreng bekas (used cooking oil atau UCO), yang saat ini digunakan sebagai bahan baku bahan bakar penerbangan berkelanjutan. Pemerintah juga sedang mempertimbangkan pengupas inti sawit sebagai bahan baku baru dalam daftar positif Skema Penyeimbangan dan Pengurangan Karbon untuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan. Pengupas itu juga berpotensi digunakan untuk produksi pakan ternak dan bioetanol.

“Pemanfaatan limbah sawit dan pertanian bisa menciptakan peluang ekonomi, khususnya di daerah pedesaan. Dengan investasi pada praktik ini, kita dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani kecil, serta memperkuat kesejahteraan masyarakat setempat,” tambah Menko Airlangga.

Menko Airlangga juga menegaskan bahwa mencapai tujuan ini memerlukan kebijakan kuat dan kolaborasi antar-pemangku kepentingan. Kerangka kerja yang mendukung inovasi dan penelitian akan membuka jalan bagi industri minyak sawit yang lebih berkelanjutan.

Acara konferensi internasional itu mengundang perwakilan dari berbagai kementerian/lembaga, investor, trader, asosiasi, perusahaan, praktisi, dan akademisi. Lebih dari 150 peserta dari dalam dan luar negeri hadir, khususnya mereka yang bergerak di bidang industri kelapa sawit dan praktik pertanian berkelanjutan.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Jumat, 15 November 2024 | 11:28 WIB
Presiden Prabowo Kunjungi Istana Pemerintahan Peru, Bertemu Presiden Boluarte
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 14 November 2024 | 18:10 WIB
Pertamina Andalkan Biofuel untuk Transisi Energi Berkelanjutan di Indonesia
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Jumat, 8 November 2024 | 03:03 WIB
Kampung Tematik: Wujud Pengembangan Ekonomi Sirkular Berkelanjutan di Surabaya