- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Kamis, 7 November 2024 | 09:00 WIB
: Dalam upaya mempercepat transisi menuju ekonomi berkelanjutan dan netral karbon, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bekerja sama dengan Bank Indonesia meluncurkan Buku Kajian Stabilitas Keuangan edisi No. 43 serta aplikasi inovatif Kalkulator Hijau, Jakarta, Rabu, (3/10/2024). Foto. Humas Kemenko Marves RI.
Oleh Fatkhurrohim, Jumat, 4 Oktober 2024 | 06:02 WIB - Redaktur: Untung S - 309
Jakarta, InfoPublik – Dalam upaya mempercepat transisi menuju ekonomi berkelanjutan dan netral karbon, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bekerja sama dengan Bank Indonesia meluncurkan Buku Kajian Stabilitas Keuangan edisi No. 43 serta aplikasi inovatif Kalkulator Hijau di Jakarta pada Kamis (3/10/2024).
Peluncuran aplikasi Kalkulator Hijau ini merupakan bagian dari langkah strategis menuju penerapan perbankan hijau di Indonesia. Aplikasi ini dirancang sebagai alat bantu bagi industri untuk menghitung dan memantau emisi karbon guna mendukung pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti, menjelaskan bahwa inovasi ini bertujuan memperkuat peran industri perbankan dalam mendorong pengurangan emisi. "Kami berharap aplikasi Kalkulator Hijau dapat meningkatkan partisipasi aktif sektor perbankan dalam mencapai komitmen nasional terkait penurunan emisi, serta membantu perusahaan dalam menyusun laporan tahunan yang sesuai dengan IFRS Sustainability Reporting Standards," ungkap Deputi Nani.
Aplikasi ini juga telah mendapatkan review dan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menjadikannya alat yang sah dan dapat dipercaya oleh sektor industri dalam menghitung emisi karbon.
Sementara itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung, menekankan pentingnya menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) di tengah berbagai tantangan global. Ia menjelaskan tiga tantangan utama yang dihadapi: pertama, pergeseran lanskap ekonomi global akibat penurunan ketidakpastian kebijakan moneter di negara maju dan meredanya tekanan inflasi global; kedua, risiko operasional dari digitalisasi keuangan, seperti ancaman siber dan risiko penyedia layanan teknologi kritis; dan terakhir, risiko perubahan iklim yang berdampak langsung pada stabilitas fisik dan transisi ekonomi.
"Bank Indonesia bersama Kemenko Marves menginisiasi Kalkulator Hijau sebagai langkah nasional untuk mencapai target net zero emission. Alat ini memberikan pendekatan sistematis dan mudah bagi perusahaan dalam menghitung serta mengurangi emisi karbon," jelas Deputi Gubernur BI, Juda.
Untuk mendukung transisi menuju ekonomi netral karbon, Deputi Nani menekankan pentingnya meningkatkan investasi hijau, terutama di sektor keuangan. Ia menambahkan bahwa pembiayaan publik hanya mampu menutupi 34% dari total kebutuhan investasi berkelanjutan, yang diperkirakan mencapai US$ 281 miliar untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030.
"Pemerintah Indonesia melalui Kemenko Marves telah mengembangkan strategi pembiayaan campuran atau blended finance, salah satunya dengan membentuk organisasi internasional baru bernama G20 Bali Global Blended Finance Alliance (GBFA). Organisasi ini diharapkan resmi terbentuk sebelum COP29 di Baku pada November tahun ini," tutup Deputi Nani.