- Oleh Dian Thenniarti
- Senin, 17 Februari 2025 | 21:31 WIB
: Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi (tiga dari kiri), Menteri PKP Maruarar Sirait (empat dari kiri), Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian (lima dari kiri) saat meninjau lokasi permukiman tidak layak huni di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, Senin (20/1/2025). (ANTARA/HO-Puspen Kementerian Dalam Negeri)
Oleh Eko Budiono, Selasa, 21 Januari 2025 | 11:59 WIB - Redaktur: Untung S - 244
Jakarta, InfoPublik – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mendukung penuh program rumah layak huni sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Hal itu disampaikan oleh Tito saat meninjau langsung lokasi permukiman tidak layak huni di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Senin (20/1/2025).
Menurut Tito, kawasan Johar Baru yang dikenal dengan kepadatan penduduknya, sering kali menghadapi berbagai permasalahan, seperti kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena itu, perubahan lingkungan yang lebih sehat menjadi harapan utama bagi pemerintah.
"Memang harapan kita ada perubahan lingkungan yang lebih sehat," kata Tito dalam keterangan resmi yang dirilis pada Selasa (21/1/2025).
Untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat, Tito memberikan saran kepada masyarakat setempat agar pembangunan rumah layak huni dilakukan secara vertikal. Tito menilai bahwa konsep rumah vertikal lebih cocok dan aman untuk dihuni dalam jangka panjang, mengingat keterbatasan lahan di kawasan tersebut.
"Dengan konsep rumah vertikal, banyak manfaat yang bisa diperoleh. Struktur bangunan yang lebih kokoh dan lingkungan yang lebih sehat dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat," ujar Tito. Dia juga menambahkan bahwa pembangunan rumah vertikal dapat menciptakan lingkungan yang lebih teratur dan nyaman.
Tito membandingkan konsep rumah vertikal dengan program bedah rumah atau renovasi yang menurutnya hanya memberikan perubahan sementara. "Bedah rumah itu sifatnya temporer, hanya sebentar saja, karena strukturnya tidak berubah. Setelah beberapa tahun, masalah yang sama akan muncul lagi. Sedangkan rumah vertikal memberikan perubahan yang lebih signifikan," ujarnya.
Meskipun mendukung konsep rumah vertikal, Tito menegaskan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan masyarakat. "Jika masyarakat lebih memilih rumah dibedah, itu tidak masalah. Namun, kami akan menyasar daerah-daerah lain yang mungkin lebih terbuka terhadap konsep rumah vertikal, seperti di Jembatan Lima dan Palmerah," tambah Tito.
Dengan upaya ini, Tito berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih layak huni, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, serta mengurangi permasalahan di daerah padat penduduk seperti Johar Baru.