- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Selasa, 8 Oktober 2024 | 22:26 WIB
: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) menyelenggarakan kegiatan Festival Literasi 2024 di Kabupaten Kudus (Foto: Dok Kemendikbudristek)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Selasa, 17 September 2024 | 15:53 WIB - Redaktur: Untung S - 243
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) menyelenggarakan Festival Literasi 2024 di Kabupaten Kudus. Kegiatan bertajuk “Literasi, Media Sosial, dan Antikekerasan” ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya bijak dalam menggunakan media sosial dan menolak segala bentuk kekerasan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan (PPKSP).
Dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik pada Selasa (17/9/2024), Pelaksana Harian (Plh) Kepala BKHM, Anang Ristanto, menjelaskan bahwa di era digital saat ini, literasi menjadi semakin penting karena informasi tersebar luas melalui berbagai saluran, termasuk media sosial. "Kemampuan literasi seseorang akan membentuk perilaku sebagai pengguna media sosial," ujar Anang.
“Tanpa literasi yang memadai, pengguna media sosial rentan terjebak dalam penyebaran hoaks, misinformasi, atau berita yang tidak valid. Oleh karena itu, literasi digital yang baik akan membantu pengguna media sosial untuk lebih kritis dalam menerima dan menyebarkan informasi,” lanjutnya.
Anang menekankan bahwa literasi juga berperan dalam membentuk etika dan tanggung jawab dalam bermedia sosial. Pengguna dengan literasi digital yang baik akan lebih bijak dalam berkomunikasi, memahami konteks, dan menjaga interaksi positif di platform digital.
"Jika media sosial digunakan secara tidak bijak, dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyebaran hoaks, perundungan daring, hingga aksi kekerasan yang berawal dari konflik di dunia maya," katanya.
Plh Kepala BKHM menegaskan pentingnya generasi muda untuk bersikap bijak dalam menggunakan media sosial dan memanfaatkannya untuk hal-hal positif. "Kita juga harus menanamkan sikap anti kekerasan dalam diri kita. Kekerasan, baik fisik maupun verbal, tidak pernah menjadi solusi dari sebuah masalah," tambahnya.
Penjabat (Pj) Bupati Kudus, Muhamad Hasan Chabibie, menyatakan bahwa saat ini, tradisi literasi di Indonesia terbilang rendah. "Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, yang berarti hanya 1 dari 1.000 orang yang rajin membaca. Ini menempatkan Indonesia di peringkat terendah kedua versi UNESCO," ungkap Hasan.
Hasan menggarisbawahi bahwa tantangan negara Indonesia saat ini adalah membangun kualitas sumber daya manusia yang terdidik dan mencintai literasi. Ia menambahkan bahwa di era 4.0, kemajuan dalam teknologi memungkinkan akses bacaan melalui media elektronik, seperti gawai dan televisi.
"Hal ini memudahkan kita untuk mengakses bacaan di manapun dan kapanpun. Kebutuhan akan literasi berbasis media elektronik saat ini sudah menjadi kebiasaan bagi semua kalangan," ujarnya.
Oleh karena itu, Hasan menekankan pentingnya menumbuhkan kesadaran akan literasi agar bangsa Indonesia tidak tertinggal. "Dengan demikian, pendidikan mengenai literasi sangat diperlukan. Kami mengapresiasi Festival Literasi yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek," katanya.
Pada Festival Literasi 2024, juga diadakan gelar wicara bertajuk “Bijak Bermedia Sosial dalam Mencegah Kekerasan di Satuan Pendidikan” dengan pembicara akademisi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus, Siti Malaiha Dewi, dan penulis buku serta influencer, Iwan Setiawan. Kegiatan ini diikuti oleh 250 peserta yang terdiri dari siswa, guru, dosen, mahasiswa, pengasuh pesantren, organisasi masyarakat, dan pegiat sosial.