- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Kamis, 12 Desember 2024 | 19:11 WIB
: Wamen P2MI, Dzulfikar Ahmad Tawalla saat mengikuti Joint Committee Meeting 2024 yang digelar di Jakarta pada Selasa (12/11/2024)/Foto : Webiste Resmi KP-PMI
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Rabu, 13 November 2024 | 11:21 WIB - Redaktur: Untung S - 379
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP-PMI) dan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menggelar Joint Committee Meeting (JCM) 2024 untuk mengevaluasi Program Triple Win G to G (government-to-government) dengan Jerman, yang memfasilitasi penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) perawat di Jerman.
Pertemuan yang berlangsung di Manhattan Hotel, Jakarta Selatan, pada Selasa (12/11/2024), itu juga membahas upaya percepatan penempatan tenaga kerja melalui pembaruan metode pelatihan dan digitalisasi perjanjian serta izin kerja.
Sejak 2023 hingga September 2024, sebanyak 195 perawat Indonesia telah bekerja di Jerman melalui skema Triple Win. Wakil Menteri (Wamen) Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Dzulfikar Ahmad Tawalla, yang membuka pertemuan tersebut, mengharapkan forum ini dapat mengidentifikasi kendala dan merumuskan langkah strategis untuk mempercepat penempatan PMI di Jerman.
Ia juga berharap untuk memperluas peluang kerja di sektor lain seperti hospitality, konstruksi, teknologi informasi, dan green job, yang saat ini menjadi prioritas pemerintah Jerman.
“Kami sangat mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin antara pemerintah Republik Federal Jerman dan Indonesia di bidang ketenagakerjaan sejak 2020. Kini, program ini telah memasuki batch IV pada 2024. Kerja sama ini perlu terus dipercepat agar lebih optimal ke depannya,” ujar Dzulfikar sebagaimana dikutip dari website resmi KP-PMI pada Rabu (13/11/2024).
Dzulfikar mengungkapkan bahwa salah satu tantangan utama dalam program ini adalah penguasaan bahasa Jerman oleh calon PMI. Proses rekrutmen hingga penempatan membutuhkan waktu minimal 1 tahun 6 bulan, terutama bagi peserta yang memulai dari pembelajaran bahasa dasar. Ia berharap kementerian terkait dan lembaga pendidikan keperawatan dapat mendukung dengan memasukkan kurikulum bahasa Jerman dalam program pendidikan mereka.
Wamen P2MI juga menyoroti tantangan geografis Indonesia, yang terdiri dari banyak pulau, dengan calon PMI berasal dari 32 provinsi di antara 38 provinsi yang ada. Kondisi ini menjadi tantangan logistik dalam proses pelatihan. "Kami berharap adanya kemudahan dalam metode pelatihan dan ujian bahasa Jerman level B1 bagi Pekerja Migran Indonesia," tambahnya.
Wakil Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Thomas Graf, menyampaikan dukungan penuh untuk keberhasilan program Triple Win. Ia mengatakan kerja sama antara Bundesagentur für Arbeit (BA) dan BP2MI telah memperkuat hubungan bilateral Indonesia dan Jerman. “Kedutaan Jerman berkomitmen untuk terus mendukung program ini, mensosialisasikannya, dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait agar Triple Win Program dapat berjalan sukses,” ujarnya.
Acara tersebut juga dihadiri oleh Country Director GIZ, Hans Ludwig Bruns; Director of International Relations Bundesagentur Für Arbeit (BA), Alexander Wilhelm; Wamen P2MI, Christina Aryani; serta jajaran eselon I dan II KP-PMI. Perwakilan dari Kedutaan Besar Indonesia untuk Jerman, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, BBPVP Bekasi, dan BBPVP Bandung turut hadir.