- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Rabu, 22 Januari 2025 | 17:50 WIB
: Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti (Foto: Dok Kemendikdasmen)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Jumat, 6 Desember 2024 | 11:10 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 180
Jakarta, Infopublik – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menegaskan komitmennya untuk memastikan setiap anak di Indonesia, termasuk di Nusa Tenggara Timur (NTT), mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas.
Hal ini disampaikannya dalam kegiatan bertajuk “Mendikdasmen Mendengar Cerita Pendidikan NTT” yang berlangsung di Kupang, Jumat (6/12/2024).
“Visi besar kami adalah pendidikan bermutu untuk semua. Kami berusaha memenuhi hak sipil setiap warga negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945,” ujar Abdul Mu’ti. Ia menekankan bahwa untuk mewujudkan visi tersebut, Kemendikdasmen fokus pada pemenuhan standar nasional pendidikan, mulai dari sarana-prasarana, kualitas pendidik, hingga relevansi kompetensi lulusan dengan dunia kerja.
Menurutnya, pendidikan berkualitas hanya dapat dicapai jika ada partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat. “Dengan prinsip gotong royong, kita dapat bersama-sama mengatasi berbagai tantangan, terutama dalam akses dan kualitas pendidikan di NTT,” tambahnya.
Sementara Penjabat (Pj.) Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto, mengungkapkan bahwa pendidikan di provinsi ini menghadapi tantangan besar. Dengan lebih dari 1 juta peserta didik yang tersebar di 14.000 satuan pendidikan, tantangan terbesar adalah tingginya angka Anak Tidak Sekolah (ATS) yang mencapai 130 ribu anak.
Selain itu, hasil Asesmen Nasional menunjukkan bahwa hanya 22% satuan pendidikan di NTT mencapai kompetensi literasi dan numerasi minimal. “Kondisi geografis yang terdiri dari lebih dari 500 pulau juga memperumit akses pendidikan, dengan banyak daerah terisolasi dan minim infrastruktur,” ujar Andriko.
Ia juga menambahkan bahwa beberapa siswa bahkan harus menaiki mobil bak terbuka atau mencari sinyal di tempat tinggi untuk belajar daring. Hal ini menuntut kebijakan yang lebih inklusif dan relevan dengan kondisi lokal.
Sebagai langkah awal, Pemprov NTT meluncurkan Gerakan NTT Membaca, NTT Menulis (GENTA BELIS) pada November 2024. Gerakan ini bertujuan meningkatkan budaya literasi di kalangan siswa SMA/SMK dan diharapkan meluas ke tingkat SD dan SMP.
Selain itu, kurikulum lokal seperti Kurikulum Muatan Lokal Pangan Lokal di Kabupaten Timor Tengah Selatan juga diterapkan. Kurikulum ini mengajarkan ketahanan pangan dan gizi seimbang untuk generasi muda.
Peningkatan kompetensi guru menjadi fokus utama pemerintah daerah. Dari 122 ribu guru di NTT, sekitar 18 ribu di antaranya belum memenuhi standar pendidikan formal, terutama di jenjang PAUD. “Kami bekerja sama dengan berbagai mitra untuk memberikan pelatihan, sehingga guru dapat mendorong siswa berpikir kritis dan kreatif,” terang Andriko.
Abdul Mu’ti mengapresiasi berbagai upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan pendidikan di NTT. Ia optimis bahwa dengan semangat gotong royong, tantangan pendidikan di NTT dapat diubah menjadi peluang.
“Di balik keterbatasan, selalu ada potensi yang bisa kita kembangkan. Dengan kerja sama lintas sektor, pendidikan di NTT akan maju, memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak untuk meraih masa depan yang lebih baik,” ungkapnya.
Kegiatan diakhiri dengan sesi diskusi, melibatkan para pemimpin daerah, kepala dinas pendidikan, dan berbagai pihak terkait. Sesi ini menjadi forum untuk berbagi praktik baik dan merumuskan kebijakan yang lebih tepat guna untuk menghadapi tantangan pendidikan di NTT.
Kemendikdasmen bersama Pemprov NTT berkomitmen melanjutkan kolaborasi untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Dengan semangat gotong royong, masa depan cerah generasi muda NTT bukan lagi sekadar mimpi.