- Oleh Putri
- Kamis, 23 Januari 2025 | 09:37 WIB
: Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti Sulistyaningrum (Lisa) dalam Acara Festival Aksi Generasi Iklim 2024/Foto: Kemenko PMK
Oleh Putri, Senin, 9 Desember 2024 | 22:20 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 275
Jakarta, InfoPublik - Dalam menghadapi ancaman krisis iklim yang semakin nyata, anak-anak dan generasi muda dari delapan provinsi di Indonesia menggelar aksi nyata melalui kampanye Aksi Generasi Iklim. Kampanye ini memobilisasi energi muda untuk meningkatkan kesadaran publik tentang mitigasi perubahan iklim sekaligus menyuarakan dampaknya terhadap hak anak.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menyampaikan dukungannya melalui sebuah video yang ditayangkan dalam Festival Aksi Generasi Iklim 2024 di Jakarta, Sabtu (7/12/2024).
Dalam pesan tersebut, Pratikno menegaskan pentingnya kontribusi setiap individu dan kolektif masyarakat dalam menghadapi krisis iklim.
"Kita harus memulai dari diri sendiri dan kemudian menjadi gerakan masyarakat yang masif di seluruh Indonesia. Kalau tidak dari kita, siapa lagi? Kalau tidak sekarang, kapan lagi?" ujar Pratikno.
Ia juga menekankan bahwa kampanye ini adalah langkah strategis untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum (Lisa), menggarisbawahi bahwa krisis iklim membawa dampak ganda bagi anak-anak. Selain langsung merugikan kesehatan dan kesejahteraan mereka, krisis ini juga mengancam pemenuhan hak anak atas pendidikan, kesehatan, dan kegiatan rekreatif.
"Mitigasi dan adaptasi terhadap krisis iklim adalah bagian dari upaya memastikan hak anak terpenuhi. Langkah ini juga menjadi kesempatan memperkuat Sistem Perlindungan Anak (SPA) di tingkat daerah dan nasional," ujar Lisa dalam acara tersebut.
Kampanye Aksi Generasi Iklim telah menyentuh isu-isu krusial yang memengaruhi komunitas lokal, seperti polusi udara, krisis air, wabah Demam Berdarah Dengue (DBD) dan malaria, hingga persoalan sampah di aliran sungai dan laut. Program ini diimplementasikan di delapan kota/provinsi: Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Pasuruan, Denpasar, Sumba Barat, Palu, dan Makassar.
Kolaborasi antara Kemenko PMK, Save the Children Indonesia, pemerintah daerah, serta berbagai organisasi lokal memastikan kampanye ini relevan dengan kebutuhan setiap wilayah. Kampanye ini juga memberikan ruang bagi anak-anak dan orang muda untuk menyuarakan keresahan mereka serta bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam mencari solusi.
"Anak-anak memiliki peran strategis sebagai agen perubahan yang membawa solusi nyata untuk lingkungan mereka," kata Interim Chief Advocacy, Campaign, Communication & Media Save the Children Indonesia, Tata Sudrajat.
Kampanye ini berhasil menjangkau 2.340 anak, generasi muda, dan masyarakat, menunjukkan bahwa aksi lokal mampu memberikan dampak besar bagi upaya global melawan perubahan iklim.
Sebagai puncak kampanye, Festival Aksi Generasi Iklim 2024 digelar di Jakarta. Acara ini menyoroti bagaimana krisis iklim memengaruhi hak anak dan kesejahteraan mereka. Selain itu, festival ini menjadi ajang diskusi kebijakan nasional yang berorientasi pada masa depan generasi muda.
Kedepannya, kampanye ini akan terus diperluas hingga 2025 dengan melibatkan lebih banyak kementerian dan mitra, seperti Program Kolaborasi untuk Edukasi Anak Indonesia (KREASI) dan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) yang didukung oleh Global Partnership for Education (GPE) dan Pemerintah Australia.
"Save the Children berkomitmen mendukung inisiatif ini demi masa depan yang berkelanjutan dan penuh harapan bagi setiap anak," pungkas Tata.
Krisis iklim adalah ancaman nyata, tetapi melalui kampanye Aksi Generasi Iklim, anak-anak Indonesia menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari solusi. Dengan kolaborasi berbagai pihak dan pendekatan berbasis lokal, gerakan ini membuktikan bahwa anak-anak dapat menjadi agen perubahan yang memperjuangkan masa depan berkelanjutan, bukan hanya untuk mereka sendiri, tetapi untuk semua generasi mendatang.