- Oleh Putri
- Rabu, 19 Februari 2025 | 00:50 WIB
: Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Kesehatan Kemenko PMK Sukadiono saat rapat koordinasi lintas sektor untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi ancaman flu burung/Foto: Kemenko PMK
Jakarta, InfoPublik – Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Kesehatan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Sukadiono, menekankan pentingnya langkah antisipatif menghadapi ancaman global flu burung.
Hal tersebut disampaikannya dalam rapat koordinasi lintas sektor untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi ancaman flu burung yang semakin mengkhawatirkan.
“Perkembangan flu burung secara global menunjukkan peningkatan risiko lintas spesies, termasuk manusia. Kita harus memperkuat deteksi dini, pengawasan, serta sinergi antarsektor dalam menghadapi tantangan ini,” kata Sukadiono dalam keterangannya, Sabtu (18/1/2025).
Sukadiono menjelaskan bahwa riset berbasis teknologi deteksi dini harus menjadi prioritas dalam upaya pencegahan pandemi. Selain itu, koordinasi yang solid antara sektor manusia, hewan, dan lingkungan sangat diperlukan untuk memastikan langkah pencegahan dan mitigasi berjalan efektif.
“Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) harus memimpin pengembangan teknologi deteksi dini dan mitigasi risiko. Kita juga membutuhkan kesinambungan kerja antara sektor manusia, hewan, dan lingkungan untuk memastikan langkah pencegahan berjalan optimal,” ujar Sukadiono.
Rapat koordinasi ini membahas situasi global flu burung, termasuk kasus kematian pertama akibat H5N1 di Amerika Serikat dan Cambodia, penyebaran virus melalui burung liar dan ke mamalia seperti sapi perah di Amerika, serta peningkatan kasus pada manusia dan hewan di Tiongkok dan Eropa.
Sebagai respons terhadap situasi ini, Indonesia telah memiliki berbagai kerangka regulasi seperti Permenko PMK No. 7 Tahun 2022 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru, serta Keputusan Menko PMK No. 20 Tahun 2024 tentang Tim Koordinasi Pusat Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis dan Penyakit Infeksius Baru.
"Langkah tindak lanjut dari rapat ini meliputi perumusan aspek-aspek yang harus diperkuat lintas kementerian dan lembaga seperti sistem pengawasan dan deteksi dini, sistem laboratorium, mekanisme koordinasi antar sektor, penguatan sistem kesiapsiagaan, penelitian dan pengembangan, anggaran, tata laksana, serta analisis dan manajemen risiko," tambahnya.
Beberapa tindak lanjut utama yang juga disorot dalam rapat ini adalah testing dan surveilans pada hewan mamalia serta satwa liar, dan peningkatan surveilans influenza pada pekerja peternakan sebagai bagian dari mitigasi ancaman flu burung.
Selain itu, mitra pembangunan seperti Food and Agriculture Organization (FAO), World Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Indonesia, serta asosiasi-asosiasi profesi turut diundang untuk memberikan informasi terkini dan masukan dalam penyusunan rencana aksi nasional.
Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas dan Ketahanan Kesehatan Kemenko PMK, Nancy Dian Anggraeni, menambahkan bahwa penguatan regulasi, kesiapan sumber daya manusia lintas sektor, serta pendanaan preventif dan deteksi dini sangat penting untuk mencegah potensi pandemi flu burung.
“Dengan demikian, kejadian luar biasa dan wabah flu burung pada 2005-2017, dengan angka kematian pada manusia yang tinggi (87 persen), tidak terjadi lagi, demikian pula pandemi dapat dicegah dan/atau dimitigasi,” ujar Nancy.