- Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT
- Rabu, 12 Maret 2025 | 14:47 WIB
: Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi. Foto : Kemen PPPA
Oleh Dian Thenniarti, Jumat, 14 Februari 2025 | 18:54 WIB - Redaktur: Untung S - 59
Jakarta, InfoPublik - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menegaskan pentingnya pemberdayaan perempuan warga binaan agar bisa kembali ke masyarakat dengan keterampilan yang mumpuni.
Untuk itu, Kemen PPPA bersama PT XL Axiata menghadirkan program pelatihan di tujuh lembaga pemasyarakatan, termasuk di Medan, Lampung, Tangerang, Bandung, dan Makassar.
"Perempuan yang berdaya secara ekonomi akan mampu menentukan dan mencapai potensi penuh dirinya. Dia juga akan lebih percaya diri dan bisa berperan lebih besar dalam masyarakat," ujar Menteri PPPA pada Jumat (14/2/2025).
Sejak 2023, Kemen PPPA telah menggelar pelatihan serupa di berbagai provinsi, seperti Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali, Jawa Timur, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, NTB, dan Banten.
Pelatihan ini tak sekadar membekali warga binaan dengan keterampilan teknis, tetapi juga berbagai aspek penting seperti public speaking, kesehatan mental, kewirausahaan, networking, serta literasi keuangan. Ke depannya, kerja sama ini akan diperluas dengan program beasiswa, bantuan pendidikan, dan sertifikasi vokasional.
Menteri PPPA turut memberikan apresiasi kepada PT XL Axiata yang telah bersinergi dalam menjalankan program Sisternet ini. Kedepan, diharapkan lebih banyak sektor pemerintah maupun swasta yang bersedia meningkatkan kapasitas perempuan, dan membuka banyak peluang ekonomi bagi perempuan, khususnya bagi warga binaan perempuan.
Head Communication Channel and CSR Management XL Axiata, Ahmad Syarief Yudhistira, menyampaikan bahwa pemberdayaan perempuan membutuhkan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat.
Pihaknya menyadari bahwa perempuan yang berada dalam situasi rentan seperti di lembaga pemasyarakatan menghadapi tantangan yang besar ketika dikembalikan ke masyarakat. Mulai dari masalah sosial, keterbatasan akses pekerjaan, keterampilan, dan juga bertahan hidup setelah keluar.
"Kami percaya bahwa perempuan berhak mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup. Jadi, melalui program Sisternet kami ingin membuka peluang yang lebih luas bagi perempuan untuk mendapatkan pelatihan keterampilan untuk menunjang mereka setelah kembali ke masyarakat," kata Ahmad.
Sementara itu, Head of Corporate Communication and CSR Yayasan Wings Peduli, Sheila Kansil, mengatakan bahwa pelatihan ini diharapkan menjadi kesempatan bagi perempuan warga binaan untuk bangkit dan bertransformasi menjadi versi terbaik mereka.
Hal itu dikarenakan perempuan memiliki potensi besar untuk mewujudkan masa depan yang lebih berkualitas.