- Oleh MC KAB LUMAJANG
- Rabu, 18 Juni 2025 | 16:07 WIB
: Mendaki gunung tertinggi di dunia mungkin terdengar mustahil bagi sebagian orang, terlebih bagi penyandang disabilitas. Tapi bagi Anggi Wahyuda, keterbatasan fisik bukan penghalang. /Foto Istimewa/Humas Kemenpora
Jakarta, InfoPublik – Mendaki gunung tertinggi di dunia mungkin terdengar mustahil bagi sebagian orang, terlebih bagi penyandang disabilitas. Tapi bagi Anggi Wahyuda, keterbatasan fisik bukan penghalang. Ia memilih mengubahnya menjadi kekuatan sebuah pesan keras bahwa keterbatasan bukan akhir, melainkan awal dari perubahan.
Melalui gerakan “Satu Langkah Lagi”, Anggi bertekad menembus medan ekstrem menuju Everest Base Camp, Nepal. Bukan sekadar perjalanan fisik, tapi ekspedisi simbolik yang ingin mengguncang persepsi lama soal disabilitas di Indonesia.
“Tujuan saya melakukan gerakan ini agar bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi pemuda dan penyandang disabilitas,” ungkap Anggi dengan penuh keyakinan,.sebagaimana siaran persnya yang diterima InfoPublik, Rabu (14/5/2025).
Langkah berani Anggi mendapat dukungan penuh dari negara. Menpora RI, Dito Ariotedjo, menyebut Anggi sebagai gambaran ideal anak muda yang pantang menyerah. “Meski memiliki keterbatasan, semangat Anggi bisa jadi inspirasi. Kami mendukung penuh langkah ini,” ujar Dito dalam konferensi pers di Media Center Kemenpora.
Bukan hanya Menpora, dukungan juga datang dari Wakil Menpora Taufik Hidayat hingga tokoh publik Raffi Ahmad, yang kini menjadi Utusan Khusus Presiden untuk Generasi Muda. “Orang hebat adalah yang mampu memanfaatkan kelebihannya meski berada di balik kekurangan,” kata Raffi, menegaskan bahwa aksi Anggi melampaui simbol keberanian—ia adalah katalis perubahan sosial.
Dalam sebuah era di mana inklusi bukan lagi pilihan, tapi keharusan, Anggi menjadi wajah baru perjuangan kesetaraan. Melangkah satu-satu di medan berbatu Himalaya, ia menapaki jalan panjang menuju perubahan pandangan masyarakat tentang apa artinya menjadi “mampu”.