- Oleh MC KOTA TIDORE
- Jumat, 4 Oktober 2024 | 12:56 WIB
: Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Subulussalam menggelar rapat koordinasi, Selasa (13/8/2024)
Oleh MC KOTA SUBULUSSALAM, Jumat, 16 Agustus 2024 | 23:39 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 180
Subulussalam, InfoPublik - Pemerintah Kota (Pemkot) Subulussalam, Provinsi Aceh, terus memperkuat upaya penurunan stunting melalui rapat koordinasi (Rakor) yang digelar oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Subulussalam.
Rapat yang berlangsung pada Selasa (13/8/2024) di Om Coffee Subulussalam dihadiri oleh berbagai pihak terkait, termasuk tenaga kesehatan, ahli gizi, dan perwakilan pemerintah.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3AKB) Kota Subulussalam, Harmaini, dalam sambutannya menekankan pentingnya evaluasi dan kerja sama lintas sektor dalam menurunkan angka stunting di Kota Subulussalam.
"Kami mengharapkan semua pihak untuk terus bekerja keras dalam upaya menurunkan stunting. Kendala dan hambatan yang ditemukan di lapangan akan menjadi catatan penting dan rekomendasi untuk dilaporkan kepada pimpinan," ujar Harmaini.
Dalam rapat tersebut, beberapa ahli kesehatan juga memberikan pandangan terkait faktor-faktor penyebab stunting dan solusi yang perlu diambil.
Dokter spesialis kandungan RSUD Kota Subulussalam, Ahmad Parwis, mengungkapkan, stunting disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk praktik pengasuhan yang kurang tepat, kurangnya pelayanan Antenatal Care (ANC) yang berkualitas, serta akses yang terbatas terhadap makanan bergizi dan air bersih.
"Pendampingan terhadap keluarga yang berisiko melahirkan anak stunting harus diintensifkan. Pendampingan ini sebaiknya dimulai sejak masa remaja, calon pengantin, hingga masa kehamilan dan pasca persalinan, serta terus berlanjut hingga anak berusia lima tahun," jelas Parwis.
Dokter spesialis anak RSUD Kota Subulussalam, Afnita Lestary, menambahkan, penanganan stunting di Indonesia memerlukan intervensi spesifik dan sensitif.
Intervensi spesifik berkaitan langsung dengan asupan makanan dan kesehatan ibu, sementara intervensi sensitif mencakup aspek non-kesehatan seperti air minum dan sanitasi, serta perubahan perilaku dan akses terhadap pangan.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Subulussalam, Marwan Z, turut mengingatkan pentingnya peran seluruh elemen masyarakat dalam mengatasi stunting.
"Allah mengingatkan kita untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah. Oleh karena itu, stunting harus kita atasi bersama agar dapat melahirkan generasi yang berkualitas," ujarnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Subulussalam, Sairun, yang juga Ketua TPPS, menegaskan bahwa penanganan stunting adalah kerja gotong royong yang melibatkan semua instansi dan komponen masyarakat.
Dia pun optimistis bahwa dengan kerja keras dan kolaborasi, angka stunting di Kota Subulussalam dapat terus menurun, bahkan mencapai nol.
Kepala Bidang Informasi Publik Diskominfo Kota Subulussalam, Zainal Abidin, juga menyoroti peran ahli gizi dalam menghitung kebutuhan gizi untuk mengatasi stunting.
Dia mengungkapkan pentingnya data yang akurat mengenai kebutuhan gizi dan anggaran yang dibutuhkan agar pimpinan dapat membuat kebijakan yang tepat dalam penyediaan anggaran penanganan stunting.
Di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi, Zainal menekankan bahwa kesejahteraan pegawai negeri dan perangkat kampung juga berdampak pada upaya penurunan stunting.
"Jika kesejahteraan PNS dan perangkat kampung terjaga, perekonomian Kota Subulussalam akan lebih bergairah, dan masyarakat pun akan merasakan dampak positifnya, termasuk dalam menurunkan stunting," pungkasnya. (MC Kota Subulussalam)