: Pj Sekretaris Daerah Batang Ari Yudianto (kanan), menerima penghargaan Kinerja konvergensi penanganan stunting .
Oleh MC KAB BATANG, Kamis, 14 November 2024 | 16:47 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 179
Batang, InfoPublik - Konvergensi penanganan stunting yang dijalankan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batang setiap tahun terus menunjukkan hasil positif. Pada 2024, di bawah kepemimpinan Pj Bupati Batang Lani Dwi Rejeki, Kabupaten Batang berhasil meraih peringkat ketiga se-Jawa Tengah. Naik peringat dari sebelumnya di 2023 menduduki posisi keempat.
“Penghargaan ini bukan sekadar angka atau posisi di klasemen, melainkan pengakuan atas keberhasilan penerapan metode pentahelix, yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Semua unsur, mulai dari TNI, Polri, hingga kantor Kementerian Agama, turut berperan aktif dalam upaya bersama menurunkan angka stunting di Batang,” kata Lani saat ditemui di kantornya, Kamis (14/11/2024).
Penilaian ini dijelaskan Lani, meliputi berbagai indikator, mulai dari administrasi, paparan, hingga wawancara. Jadi, ada dua tahap penilaian yang sangat ketat. Penghargaan ini adalah pengakuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah atas keberhasilan kita bersama dalam mengatasi stunting.
Sementara itu, Pj Sekda Batang Ari Yudianto menyoroti kompleksitas penilaian angka stunting yang kerap menimbulkan kontroversi. Menurutnya, data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) hanya mengambil sampel dari 918 balita sebenarnya terlalu kecil untuk mewakili kondisi keseluruhan.
“Survei ini hanya 0, sekian persen dari total balita di Batang, jadi kurang representatif. Di sisi lain, data yang dihimpun melalui pengukuran mandiri oleh tenaga kesehatan menunjukkan hasil yang lebih akurat,” ujarnya.
Berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) lanjut Ari, cakupan pengukuran stunting di Kabupaten Batang telah mencapai 99 persen, dengan total 53.390 balita dari 53.402 yang telah terukur. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.159 balita atau sekitar 7,79 persen teridentifikasi mengalami stunting, jauh di bawah target nasional yang mencapai 14 persen.
“Dukungan nyata juga datang dari berbagai perusahaan di Kabupaten Batang, terutama dari Konsorsium Bhimasena Power Indonesia (BPI). Konsorsium ini memberikan bantuan langsung kepada keluarga dan desa yang memiliki kasus stunting,” ungkap Ari.
Selain itu sambung dia, Bank Jateng dan PT Nestle juga berkontribusi melalui CSR, termasuk pemberian makanan tambahan untuk Balita yang terdampak stunting.
Prestasi ini menurut Ari, membawa dampak positif berupa tambahan dana fiskal sebesar Rp5,5 miliar dari pemerintah pusat, yang akan dianggarkan dalam APBD perubahan untuk penanganan stunting lebih lanjut. Ia berharap, setiap tahun Pemkab Batang bisa terus meningkatkan peringkat. (MC Batang, Jateng/Edo/Jumadi)