- Oleh Wahyu Sudoyo
- Minggu, 18 Mei 2025 | 21:07 WIB
: Arahan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Anang S. Otoluwa pada evaluasi program penurunan AKI, AKB dan sosialisasi pemanfaatan website Sistem Informasi Makan Bergizi Gratis (SI-MAGIS).
Oleh MC PROV GORONTALO, Jumat, 25 April 2025 | 10:24 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 167
Kota Gorontalo, InfoPublik – Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui Dinas Kesehatan tengah mempersiapkan sistem informasi terintegrasi berbasis website, Sistem Informasi Makan Bergizi Gratis (SI-MAGIS), untuk pencatatan dan pelaporan pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Anang S. Otoluwa, saat memberikan arahan pada sosialisasi pemanfaatan Sistem Informasi Makan Bergizi Gratis (SI-MAGIS), Rabu (23/04/2025).
Anang menegaskan, bahwa Program MBG merupakan intervensi strategis yang diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam percepatan penurunan stunting serta perbaikan status gizi anak usia sekolah dan remaja di Gorontalo.
“Dengan memberikan asupan gizi yang seimbang dan teratur di lingkungan sekolah, kita berupaya untuk memastikan anak-anak mendapatkan fondasi kesehatan yang kuat sejak dini,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anang mengingatkan keterkaitan erat program ini dengan upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurutnya, remaja putri sebagai calon ibu di masa depan perlu memiliki status gizi yang baik.
“Dengan memperbaiki status gizi remaja melalui program ini, kita secara tidak langsung juga berinvestasi dalam kesehatan ibu dan bayi di masa depan,” imbuhnya.
Untuk mengilustrasikan urgensi intervensi gizi ini, Anang memaparkan data evaluasi status gizi siswa penerima program MBG di Kota Gorontalo dengan total sampel 2350 siswa dari berbagai jenjang pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa permasalahan gizi kurang dan kelebihan berat badan masih menjadi perhatian.
Pada siswa SD/MI (dari 1088 siswa yang diukur), ditemukan 6,9% kurus, 9,7% sangat kurus, 15,9% gemuk, dan 17,1% obesitas. Pada jenjang SMP (dari 814 siswa yang diukur), terdapat 10% kurus, 6,9% sangat kurus, 12,8% gemuk, dan 8,6% obesitas. Sementara itu, pada siswa SMA/SMK (dari 113 siswa yang diukur), ditemukan 4,5% kurus, 2,7% sangat kurus, 11,6% gemuk, dan 8% obesitas.
“Data ini memberikan gambaran bahwa permasalahan gizi kurang serta masalah kelebihan berat badan pada anak dan remaja sekolah masih perlu menjadi perhatian kita bersama. Program Makan Bergizi Gratis diharapkan dapat secara signifikan menurunkan persentase gizi kurang dan meningkatkan status gizi secara keseluruhan, demikian juga dengan masalah gizi pada obesitas,” tegas Anang.
Keberhasilan program ini, lanjut Anang, memerlukan sinergi dan kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan di lingkungan pendidikan, termasuk Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan partisipasi aktif orang tua. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo berkomitmen untuk memberikan dukungan teknis, pendampingan, serta melakukan monitoring dan evaluasi berkala.
Melalui sosialisasi ini, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo berharap terbangun pemahaman yang komprehensif mengenai tujuan, mekanisme, dan manfaat Program MBG dalam upaya percepatan penurunan stunting, AKI, dan AKB. Pihaknya juga terbuka terhadap masukan dan saran konstruktif demi kelancaran implementasi program di lapangan.
“Mari kita bergandengan tangan, eratkan barisan, dan satukan tekad untuk mewujudkan generasi Gorontalo yang sehat, cerdas, dan berdaya saing, serta menurunkan angka stunting, AKI, dan AKB secara signifikan demi tercapainya Indonesia Sehat 2045. Investasi terbaik kita adalah pada kesehatan dan kualitas generasi penerus bangsa,” pungkas Anang. (mcgorontaloprov/md/ilb/nancy)