Buleleng, InfoPublik - Ada beberapa buah tangan yang bisa wisatawan atau pengunjung bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Salah satunya adalah Jaje (Jajan) Senggait Gula Pedawa yang tentunya tidak boleh dilewatkan.
Meskipun Jajan atau camilan kekinian makin menjamur, Jaje Senggait Gula Pedawa ini masih memiliki penggemar di kalangan masyarakat desa maupun kota. Sempat jarang ditemui di pasar-pasar namun Jaje Senggait Gula Pedawa ini masih memiliki tempat di tengah-tengah masyarakat. Ini disebabkan Jaje Senggait memiliki rasa yang khas perpaduan rasa gurih dan manis.
Rasa gurih pada Jaje Senggait Gula Pedawa berasal dari ubi jalar sebagai bahan utamanya. Sementara rasa yang manis berasal dari Gula Pedawa (gula aren khas dari Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng) yang terkenal melegenda mulai dari rasa maupun aromanya. Sehingga cukup terkenal di masyarakat Bali, wisatawan domestik maupun mancanegara.
Untuk mengobati kerinduan para penggemar Jaje Senggait Gula Pedawa ini, kini para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Pedawa memulai kembali produksi Jaje Senggait. Selain untuk meningkatkan perekonomian, produksi Jaje Senggait ini juga bertujuan untuk melestarikan Gula Pedawa yang menjadi identitas masyarakat Desa Pedawa terdahulu yang sudah mulai hilang.
Wayan Sariasih, ibu rumah tangga asal Desa Padawa ini berhasil merubah hobinya yang senang membuat jajanan tradisional menjadikan peluang bisnis yang baik. Berawal dari ide anak pertamanya yang sangat suka dengan Jaje Senggait, dirinya mengaku terdorong dan berani mencoba produksi sendiri dan menjadikannya sebuah bisnis.
“Awalnya Ide bisnis ini datang dari anak pertama saya, namun karena dia bekerja sehingga tidak bisa memproduksi sendiri akhirnya saya ditawari ide untuk membuat sendiri, mungkin karena melihat latar belakang saya yang juga sering menjual jajanan tradisional kepada tetangga dekat rumah jika ada hari raya” saat ditemui di rumahnya, Senin (12/5/2025).
Sebagai ibu rumah tangga yang ingin meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga apalagi di tengah situasi ekonomi seperti saat ini, dirinya memanfaatkan keterampilan membuat jajan sebagai bisnis yang dapat membantu hal tersebut.
Tidak hanya untuk diri sendiri dan keluarganya, Sariasih mengaku mempunyai harapan agar dikemudian hari dapat mempekerjakan lebih banyak ibu-ibu rumah tangga di lingkungan masyarakat Desa Pedawa.
Selain Sariasih,memang sudah ada beberapa masyarakat yang juga produksi Jaje Senggait Gula Pedawa ini. Hanya saja belum banyak yang memiliki pasar sampai keluar desa atau bahkan ke kota. Kebanyakan hanya menjual di warung-warung desa atau di desa tetangga saja.
Melihat hal itu, Sariasih dibantu oleh anaknya mencari jalan agar Jaje Senggait yang diproduksi oleh pelaku UMKM di Desa Pedawa ini bisa menembus pasar di luar desa atau bahkan ke kota. Terinsipirasi dari jajanan masa kini seperti pie susu yang banyak dijadikan oleh-oleh wisatawan yang berlibur ke Bali, dirinya memutuskan untuk mengurus Nomor Ijin Berusaha (NIB) serta sertifikasi bagi industri yang memproduksi makanan terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan agar produk yang ia produksi dapat ditawarkan ke berbagai toko toko modern atau outlet oleh-oleh yang tersebar di beberapa daerah di Bali.
Dengan bermodalkan nama besar Gula Aren Pedawa di Bali maupun di telinga wisatawan luar Bali, dirinya optimis jika Jaje Senggait Gula Pedawa dapat diterima di kalangan masyarakat Bali maupun luar Bali.
Dengan melakukan promosi yang gencar yang dibantu oleh anak dan keluarganya, kini Senggait Gula Pedawa yang dibuat oleh Sariasih sudah bisa masuk ke toko-toko modern, restoran, kedai-kedai kopi dan juga beberapa tempat wisata.
Selain akan lebih gencar lagi melakukan promosi dan penawaran kerja sama ke tempat-tempat lain, Sariasih mempunyai harapan kedepannya ingin bekerja sama dengan ibu-ibu lain yang juga memproduksi produk yang sama. Tujuannya agar semua pelaku usaha kecil di Desa Pedawa bisa menjadi mitra kerja tanpa merasa bersaing.
“Astungkara atas izin tuhan yang berstana di Desa Pedawa memberikan rejeki, saya yakin Jaje Senggait ini laris dan dapat diterima oleh masyarakat," terangnya sambil mencetak adonan.
Lebih lanjut, Sariasih menceritakan jika proses pembuatan Jaje Senggait Gula Pedawa yang diproduksi sangat mengedepankan kualitas. Baik dari pemilihan bahan baku ubi jalar berkualitas terbaik, mencampurkannya dengan gula aren asli Desa Pedawa, tanpa bahan pengawet dan penggunaan minyak goreng premium.
Proses pembuatannya pun dijaga dengan baik. Mulai dari kebersihan alat-alat yang dipakai memarut ubi, mesin pemotong yang juga harus bersih, proses mencuci ubi, sampai dengan takaran gula aren yang harus pas agar manisnya tidak berlebihan dan sama rata. Sampai dengan proses pencetakan adonan dan pengemasan di perhatikan dengan baik agar bersih dan sesuai standar.
Selain dari segi memilih bahan baku yang berkualitas, tingkat kematangan Jaje Senggait juga sangat mempengaruhi rasa. Api yang digunakan pun tidak boleh terlalu besar dan proses penggorengan tidak terlalu lama. Dengan begitu, hasil perpaduan antara ubi yang di campur dengan gula aren khas Desa Pedawa itu mendapatkan cita rasa yang gurih dan manis.
Memang terlihat sederhana dan mudah, tetapi membuat Jaje Senggait juga memerlukan sedikit keahlian tersendiri. Layaknya seorang koki yang harus meracik bumbu masakan agar pas di lidah para penikmatnya. Seorang yang membuat Jaje Senggait juga harus memperhatikan betul komposisi atau berapa takaran yang pas agar bisa gurih dan manis.
Tidak hanya itu, membuat Jaje Senggait juga harus memunculkan dominasi rasa manis Gula Pedawa karena disanalah letak ciri khas rasanya dibanding dengan yang lain. Selanjutnya, untuk meningkatkan daya saing yang harus berkelanjutan agar produksi jaje senggait ini tetap bisa bertahan dan bersaing di pasaran adalah dengan cara peningkatan kualitas produk dengan tidak menurunkan kualitas dari rasa jaje senggait gula pedawa itu sendiri, sehingga jaje senggait yang dibuat oleh masyarakat pedawa memiliki ciri khas tersendiri dari pada jajanan lainnya, apalagi rasa gula pedawa yang sangat disukai ini dapat dijadikan nilai tambah sendiri.
Menentukan target pasar yang tepat juga perlu dilakukan oleh para pengusaha Jaje Senggait. Seperti memahami kebutuhan dan preferensi dari masyarakat, membangun merk yang kuat dan positif, serta membuat kemasan dengan model masa kini dan modern.
Tidak hanya itu, bahan baku menjadi paling penting dan menjadi masukan utama dalam proses keberlangsungan produksi Jaje Senggait ini. Tanpa bahan baku industri ini pasti tidak bisa berjalan. Maka ketersedian bahan baku diupayakan harus tetap tersedia. Dengan menjaga ketersediaan bahan baku, Jaje Senggait Gula Pedawa ini diharapkan siap bersaing dengan produk lainnya yang sudah lebih dulu beredar di pasaran. Bahkan harapannya, Jaje Senggait Pedawa ini akan terus menjadi pilihan wisatawan untuk dijadikan oleh-oleh khas Buleleng ataupun Bali.
Untuk saat ini, Sariasih masih mendapatkan bahan baku terutama gula aren dari masyarakat yang masih menjalani profesi ngiris (proses pencarian air nira dari pohon aren yang dijadikan gula). Meskipun harga Gula Aren Pedawa lumayan mahal, tetapi dirinya mengaku tidak mau mencampur Gula Pedawa ini dengan gula pasir ataupun pemanis lainnya untuk kepentingan menekan biaya produksi. "Hal ini saya lakukan karena ingin mengedepankan kualitas dan rasa asli dari Gula Pedawa yang diolah menjadi Jaje Senggait," ujarnya.
Di Desa Pedawa sendiri, meski dikenal sebagai penghasil gula aren yang baik dan sudah cukup terkenal, namun untuk saat ini Gula Pedawa produksinya sudah mulai menurun dikarenakan adanya permintaan yang begitu tinggi dan juga banyak kebun pohon aren yang beralih fungsi.
Setelah tergolong menjadi salah satu produk andalan dalam program The Spirit Of Sobean dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, permintaan pasar yang cukup tinggi, serta mulai banyaknya masyarakat yang memerlukan produk gula pedawa ini, kini banyak dari masyarakat sudah mulai kembali menggeluti profesi ngiris, dan juga merawat pohon aren yang sudah ada.
Pada tahun 2023 lalu, Pemerintah Desa Pedawa bersama komunitas pencinta alam telah melakukan revitalisi pohon aren. Selain ingin mengembalikan dan melestarikan romansa manisnya gula pedawa, secara faktor ekologis pohon aren ini dapat menjaga sumber-sumber air di sekitarnya.
Kini, melalui bangkitnya usaha lokal yang menggunakan bahan baku gula pedawa banyak tersisip harapan semoga pohon aren asli yang ditanam di Desa Pedawa ini bisa kembali bangkit. Bukan hanya karena memiliki nilai ekonomis tetapi juga mengembalikan historis Desa Pedawa yang dulunya bernama Gunung Sari dimana masyarakatnya hidup dan berpenghasilan dari menjual Gula Pedawa. (MC Kab. Buleleng/ted/dra)
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber infopublik.id