- Oleh MC KAB LUMAJANG
- Jumat, 20 Juni 2025 | 10:26 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Sabtu, 17 Mei 2025 | 00:59 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 1K
Lumajang, InfoPublik — Upaya rehabilitasi lahan kritis pascaerupsi Gunung Semeru pada tahun 2022 terus mendapatkan momentum penting. Kolaborasi nyata antara pemerintah daerah dan komunitas peduli lingkungan menjadi motor penggerak pemulihan ekosistem di kawasan terdampak.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lumajang memberikan apresiasi tinggi kepada Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dan sejumlah komunitas relawan yang aktif menginisiasi penanaman dan pemulihan lingkungan di wilayah Curah Kobokan, Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro.
Pelaksana harian (Plh) Kepala DLH Lumajang, Agus Rohman Rozaq, mengatakan rehabilitasi ini tidak sekadar aksi simbolik, melainkan langkah strategis untuk mengembalikan fungsi ekologis kawasan terdampak pascaerupsi. Kemudian mencegah potensi bencana lanjutan seperti longsor dan banjir. Pasalnya, tanaman pohon Jabon dan Mahoni yang digunakan dalam rehabilitasi efektif memperbaiki kualitas tanah dan mempercepat penghijauan.
Ia menegaskan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
“Kami memberikan dukungan penuh sesuai kapasitas yang ada. Rehabilitasi lahan harus menjadi agenda berkelanjutan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat,” ujar Agus melalui keterangan pers yang diterima pada Kamis (15/5/2025).
Sementara itu,Penyuluh Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lumajang, Agus Priosantoso, menyebut kegiatan ini sebagai langkah awal penting. Ia berharap gerakan serupa terus diperluas hingga seluruh lahan kritis pulih dan kembali berfungsi secara optimal.
Selain penanaman pohon, kegiatan ini juga diwarnai dengan inovasi pengelolaan lingkungan melalui penggunaan pupuk kompos hasil olahan sampah organik oleh Komunitas Swadaya Masyarakat (KSM) Bina Karya Semeru. Pupuk tersebut berasal dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Hunian Tetap Bumi Semeru Damai. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana pengelolaan limbah dapat berkontribusi pada ketahanan lingkungan sekaligus mendukung ekonomi sirkular.
“Kami berharap sinergi antara relawan, pemerintah, dan masyarakat dapat menjadi model rehabilitasi lingkungan yang efektif dan berkelanjutan,” ujar Agus Priosantoso.
Inisiatif ini menjadi bukti bahwa penanganan pascabencana tidak harus bersifat reaktif, namun bisa visioner—dengan menanam nilai edukasi, pemberdayaan, dan nasionalisme lingkungan yang kuat. Rehabilitasi lahan kritis di Lumajang adalah tanggung jawab kolektif demi menjaga warisan alam bagi generasi mendatang.
(MC Kab. Lumajang/Ad/An-m)