Kerajinan Tangan Rotan Terjual Ratusan Item

:


Oleh Gusti Andry, Minggu, 14 Oktober 2018 | 13:11 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 4K


Nusa Dua, InfoPublik - Kerajinan tangan rotan khas Lombok ikut menyemarakkan veneu Indonesia Paviliun pada Annual Meeting International Monetary Fund-World Bank Group  (AM IMF-WBG) 2018 di kawasan Nusa Dua, Bali. Kerajinan, yang  tas rotan bulatnya  dipopulerkan penyanyi Raisa,  berasal dari Desa Baleka, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Kerajinan yang sudah populer hingga ke manca negara dan diekspor ke Brazil, Belanda, Prancis, Swedia dan Australia ini, berawal dari ide seorang perajin "ketak," sejenis tanaman paku yang tumbuh menjalar pada tanaman induk yang tumbuh subur di Lombok Tengah.

"Ide awalnya datang dari kakek saya yang meniru bentuk kotak perhiasan leluhur kami yang bentuknya bulat berbahan kayu. Kakek mencoba membuatnya dari bahan ketak dan rotan, lalu dipasang kain di dalamnya sebagai lapisan kemudian dikasih tali dan pengait pada tutupnya. Ternyata kok laku," cerita Bele Satria Putra (25), perajin rotan generasi ketiga.

Ia dan orangtuanya tak pernah menyangka kreasi mereka mendapat sambutan posotif masyarakat hingga menjadi tren. "Awalnya, cuma saya pajang beberapa item di workshop di Jl Raya Andong, Ubud, Bali. Tiap hari sepi, tak ada yang minat. Lalu, kita ikut trade expo di Jakarta, mulailah dari situ orang-orang pesan," kenangnya. Di kampungnya, Bale juga memiliki galeri yang bernama “Seni Bele Art Shop.”

Meski yang booming produk tas bulatnya, Bale yang mengkoordinir ribuan pengrajin di 4 kecamatan ini, sebenarnya memiliki puluhan item produk lainnya. Di antaranya, lebih dari 30 item tas, tempat tisu, tempat perhiasan, tempat sampah, tempat hantaran pengantin, vas bunga, hiasan dinding, dan sebagainya.

 “Item produk terus bertambah, karena kami juga melayani pesanan. Jika ada pesanan baru, kami akan membuat sampel terlebih dulu. Jika ok, baru diproduksi masal,” jelas Bale yang masih bujangan ini.

Untuk tas, mereka mampu memproduksi hingga 7.000 buah tas per bulan. Lama produksinya sekitar 1 – 2 hari per tas per perajin. Tapi untuk kerajinan yang ukurannya besar, misalnya sampai 1 meter persegi untuk hiasan dinding, biasanya diselesaikan sekitar 1 minggu per produk per orang.

Sedangkan harganya, kata Bale, tergantung pada bahan. Untuk yang berbahan rotan murni, harganya mulai dari Rp15.000-Rp700.000 per produk. Yang berbahan grass atau ketak (rumput), harganya antara Rp25.000-Rp2.500.000. Sedangkan yang berbahan rontan sintetis hanya Rp10.000-Rp300.000.

 “Sampai hari ke enam, Sabtu (13/10), alhamdulillah produk-produk kami sudah terjual ratusan item dan beberapa delegasi memesan produk khusus yang harus kami buat sampelnya terlebih dulu. Banyak juga delegasi IMF-WB yang tertarik dengan produk tas, tapi maunya tas yang hand bag, bukan slempang," ungkap Bale bangga.

Terkait bahan, Bale mengatakan, antara ketak dengan rotan sebenarnya relatif sama. “Tapi perhatikan tali tas, apakah dari kulit atau kalep. Yang awet dari kulit. Selain itu, lihat juga kain di dalam tas kualitasnya baik atau tidak," katanya. Tips jika tas kotor, kata Bale, cukup dibersihkan pakai sikat gigi kering.Dwi Hardianto