Siaran Pers: Delegasi Puji Indonesia atas Penyelenggaraan & Tim Yang Luar Biasa

:


Oleh Irvina Falah, Minggu, 14 Oktober 2018 | 13:53 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 524


Nusa Dua, Bali - Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018 di Bali telah menempatkan Bali dan Indonesia sebagai tuan rumah yang sangat luar biasa atas penyelenggaraan pertemuan tingkat dunia. Bali menyambut kedatangan pemimpin dunia, pemimpin dunia usaha, dan lebih dari 14.097 delegasi asing. Peserta yang hadir pada Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018 kali ini yang masuk melalui Sekretariat Tim Pertemuan sebanyak 15.049 orang dan yang melalui Panitia Nasional sebanyak 21.620 peserta non-delegasi. Keseluruhan peserta berjumlah 36.669 orang.

Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim, berbicara dalam bahasa Indonesia, menyampaikan simpati yang mendalam kepada keluarga korban gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, dan menegaskan bahwa Grup Bank Dunia siap mendukung rakyat Indonesia. Sebanyak USD1 miliar disiapkan untuk rekonstruksi pembangunan Sulawesi Tengah dan membantu Indonesia dalam menyiapkan diri menghadapi bencana di masa mendatang.

Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa meski kesuksesan ekonomi AS, negara-negara dengan pendapatan menengah menghadapi tekanan ekonomi yang signifikan, didorong untuk membuka ekonomi mereka, dan menyediakan pasar terbuka dan keuangan terbuka. Memberikan banyak keuntungan baik bagi negara maju maupun berkembang, namun mengingatkan bahwa “badai akan datang” seperti yang terjadi dalam Game of Thrones, di mana dunia harus bersatu untuk mengatasi perbedaan agar berhasil mengalahkan kejahatan yang mengancam dunia.

Presiden Jokowi menyoroti ancaman terhadap keberlangsungan hidup, di antaranya perubahan iklim, dan sampah plastik memasuki rantai makanan, kebutuhan akan tindakan mendesak dalam skala besar untuk menghindari krisis yang akan datang. Apakah ini waktu yang tepat untuk meningkatkan persaingan global? Mungkin ini adalah saat untuk memrioritaskan kerja sama global.

Di akhir pidatonya, Presiden Joko Widodo mendesak para peserta agar mendorong para pengambil keputusan dunia untuk menghasilkan kebijakan keuangan dan moneter yang mampu mengatasi dampak negatif dari perang perdagangan, disrupsi teknologi dan ketidakpastian pasar.

Kedua Direktur Pelaksana IMF, Presiden WBG dan Ketua Pertemuan Tahunan memuji paparan yang disampaikan Presiden Joko Widodo. Dengan sepenuh hati, mereka menyebutkan bahwa setelah mendengarkan pidato Presiden Joko Widodo, mereka (IMF dan WBG) bisa pulang ke rumah.

Lagarde lebih lanjut menyampaikan terima kasih kepada Indonesia atas penyelenggaraan pertemuan yang produktif dan mengutip salah satu analogi Presiden Joko Widodo lainnya - bahwa tema dari pertemuan Voyage to Indonesia ini: Adalah penting untuk mengarahkan kapal. Jangan hanyut dan mari berlayar bersama karena dengan bersama-sama, kita akan menjadi lebih kuat. Artinya adalah mari fokus pada kebijakan Anda. Pastikan bahwa mereka adalah yang tepat dalam menghadapi perkembangan ekonomi. Jangan hanyut, dan mari bekerja sama semaksimal mungkin karena kita lebih kuat bersama. Bagian terpenting dari konferensi ini mungkin akan terlihat dalam 12 poin Inisiatif Teknologi Keuangan Bali (Bali FinTech Initiative), yang dengan jelas menjabarkan bagaimana negara-negara seperti Indonesia dapat memaksimalkan dampak revolusi Teknologi Keuangan,” interpretasi pidato Presiden Jokowi menurutnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Nasional Luhut Binsar Pandjaitan juga mengucapkan terima kasih kepada Tim AM IMF-WBG 2018 atas dedikasi mereka demi terselenggaranya acara pertemuan ini: “Bagus, semuanya sangat baik, di luar harapan kami,” tambahnya, “Kami tidak bisa membayangkan bagaimana semua ini dieksekusi dengan baik, - Selamat!” ujar Luhut di Pusat Komunikasi Bersama Editor Indonesia, di Nusa Dua, Bali.

Sebagai informasi, Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018 menyelenggarakan sebanyak 325 acara utama dan pendukung, 2.925 acara bertemakan bisnis dan 1.540 acara paralel. Panitia penyelenggara juga memfasilitasi lebih banyak acara yang berlangsung di luar lokasi utama penyelenggaraan.

Sebagai Tuan Rumah penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018, Indonesia memperoleh banyak keuntungan, mulai dari transfer pengetahuan, investasi dan perdagangan, pariwisata dan menampilkan kepemimpinan Indonesia ke forum global; hingga pendapatan devisa dan manfaat ekonomi jangka pendek sekitar Rp5,9 triliun selama berlangsungnya acara yang dihadiri sekitar 36.000 orang. Perolehan ini sebagian besar berasal dari sektor swasta seperti transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, belanja dan hiburan, termasuk wisata alam dan budaya.

Informasi Lebih Lanjut, silakan menghubungi:
Joint Editors of Indonesia Communications (ICOM) at the ICOM Center
Nusa Dua Beach Hotel, Bali  

Catatan untuk Editor:
IMF juga menyelenggarakan acara pendukung selain sesi pleno, yang melengkapi acara inti Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018 yang mengambil tema Ekonomi Global. World Bank Group menyelenggarakan acara yang membahas sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi yang inklusif, termasuk urbanisasi, perpajakan dan ketimpangan. Selain itu, diadakan juga acara-acara yang membahas bagaimana teknologi rekanan dapat memanfaatkan teknologi untuk pertumbuhan, bagaimana mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), serta isu-isu yang dihadapi berbagai wilayah. Keduanya dalam pertemuan bersama yang membahas Teknologi Keuangan (FinTech) pada Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018 di Bali.

World Bank Group menyelenggarakan acara yang membahas sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi yang inklusif, termasuk urbanisasi, perpajakan dan ketimpangan. Selain itu, diadakan juga acara-acara yang membahas bagaimana teknologi rekanan dapat memanfaatkan teknologi untuk pertumbuhan, bagaimana mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), serta isu-isu yang dihadapi berbagai wilayah, terutama di Asia dan Afrika, bagaimana kelaparan dapat diatasi, bagaimana membiayai pembangunan – memanfaatkan fasilitas pembiayaan global, system keuangan Syariah, pembiayaan yang ramah dan Agenda Ekonomi Digital.

Sistem Pembiayaan internasional dapat diperkuat dengan normalisasi kebijakan moneter di antara negara maju, mengatasi tantangan yang dihadapi negara-negara berkembang,
menyelesaikan reformasi tata kelola IMF yang sedang berjalan, dan memperkuat Global Financial Safety Net (GFSN) melalui Pengaturan Keuangan Wilayah.

Indonesia sebagai negara berkembang perlu mengembangkan cadangan kebijakan pertahanannya untuk merespon kebijakan yang dikeluarkan negara-negara maju, untuk mengurangi risiko ketimpangan perdagangan.