Kisah Sengsara Yesus Didramakan, Umat Katolik di Labuan Bajo Berurai Air Mata

:


Oleh MC KAB MANGGARAI BARAT, Jumat, 7 April 2023 | 14:34 WIB - Redaktur: Wawan Budiyanto - 3K


Manggarai Barat, InfoPublik - Kisah sengsara Yesus, sejak di tangkap hingga mati di kayu salib, didramakan oleh Orang Muda Katolik (OMK) dari Paroki Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB), Wae Kesambi di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Sejumlah umat Katolik yang menyaksikan drama itu terlihat berurai air mata.

Drama itu merupakan jalan salib hidup, bagian dari perayaan Jum’at Agung, hari raya yang diperingati umat Katolik untuk mengenang kisah sengsara Yesus, sejak ditangkap, disalibkan hingga kematiannya di Kalvari..

Drama kisah sengsara Yesus ini dimulai dari perempatan Patung Caci, yang digambarkan sebagai taman Getsemani, tempat Yesus ditangkap oleh sejumlah prajurit dan penjaga bait Allah.

Sebagaimana disaksikan dalam drama itu, para prajurit dan penjaga bait Allah datang bersama Yudas yang diperankan oleh Ancis Lehot, seorang murid Yesus, yang dibayar untuk menunjuk Yesus yang berada di antara para murid-Nya.

Saat ditangkap, seorang murid Yesus, yakni Petrus yang diperankan oleh Rio Bagung, berupaya untuk melakukan perlawanan, hingga memotong telinga dari seorang hamba imam besar.

Setelah ditangkap, Yesus kemudian dibawa ke gedung pengadilan untuk diadili. Pilatus yang diperankan oleh Priotama, kemudian mengadili perkara itu dan tidak menemukan satu kesalahan apapun pada Yesus. Karena desakan banyak orang, Pilatus lalu menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan.

Yesus, yang dalam drama ini diperankan oleh Ignasius Yogi Lesing, kemudian memanggul salibnya menuju area Gua Maria, samping gereja paroki Wae Ksambi, yang digambarkan sebagai puncak Golgota atau Bukit Tengkorak, tempat Yesus digantung di kayu salib hingga wafat.

Selama perjalanan, sambil memanggul salib, Yesus disiksa dengan sangat keji. Sejumlah OMK yang berperan sebagai Algojo, mengejek Yesus, meludahi-Nya, memukul dan menendang.

Perjalanan Yesus memanggul salib itu diiringi dengan lantunan lagu-lagu bahasa local yang menyayat hati. Sejumlah umat yang meyaksikan drama itu-pun terlihat berurai air mata. Mereka mengaku sedih, membayangkan penderitaan Yesus.

Drama berakhir dengan menggotong peti mayat Yesus ke dalam gereja oleh semua pemeran drama. Seluruh pemeran dan umat yang mengikuti jalan salib hidup itu, kemudian mendapat berkat dari RD. Dominikus Risno Maden, penanggung jawab drama sekaligus Pastor Paroki MBSB Wae Ksambi.

Arsi Guge, sutradara dalam drama kisah sengsara Yesus ini menjelaskan bahwa pihaknya menyiapkan drama ini selama kurang lebih dua bulan. Melihat hasil yang ditampilkan, mantan Ketua OMK MBSB Wae Kesambi ini mengaku sangat puas.

“Mereka telah memainkan peran dengan sangat maksimal. Saya sangat puas. Harapan saya terwujud," aku Arsi Guge.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ican Pryatno, seorang Frater yang menjalani masa TOP (Tahun Orientasi Pastoral) di paroki MBSB Wae Ksambi, yang berperan sebagai pengarah dalam drama ini.

“Latihan selama dua bulan ini tidak sia-sia. Hasilnya sungguh luar biasa,” aku Frater Ican.

Sementara itu, sejumlah umat yang turut menyaksikan drama itu memberi apresiasi pada OMK yang memerankan jalan salib hidup itu dengan sangat maksimal.

“Terima kasih untuk teman-teman OMK. Mereka sungguh luar biasa. Melalui drama ini, OMK telah mengantar seluruh umat ke dalam permenungan sengsara Tuhan. Sangat menyentuh!” aku Sr. Francisia DSY.

(EfjE-MC Manggarai Barat)