: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menghadirkan Sekolah Adat dalam upacara bendera peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024 (Foto: Dok Kemendikbudristek)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Kamis, 2 Mei 2024 | 19:50 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 196
Jakarta, Infopublik — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menghadirkan Sekolah Adat dalam upacara bendera peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024.
Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (Direktorat KMA) Kemendikbudristek, Sjamsul Hadi, mengatakan Sekolah Lapang Kearifan Lokal mampu membangkitkan semangat dan inisiatif generasi muda adat untuk menemukenali kembali potensi kebudayaannya.
Pada masa akan datang Sekolah Lapang Kearifan Lokal akan mampu merencanakan dan menindaklanjuti pengembangan dan pemanfaatan dari potensi tersebut.
“Selain keberlanjutan program Sekolah Lapang Kearifan Lokal, keberadaan Sekolah Adat menjadi harapan adanya kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang layak,” ucap Sjamsul, dalam keterangan tertulis yang diterima Infopublik, Kamis (2/5/2024).
Sjamsul menambahkan, Sekolah Adat menggunakan pendekatan kurikulum kontekstual berbasis kearifan lokal yang pewarisannya secara turun temurun dari para tetua adat kepada generasi muda, hal ini sejalan dengan program Merdeka Belajar. Oleh karena itu, pengakuan terhadap sekolah adat sebagai bagian dari satuan pendidikan nonformal dalam Sistem Pendidikan Nasional mutlak diperlukan.
“Kemendikbudristek terus berupaya memberikan layanan pendidikan kepada semua anak bangsa tanpa terkecuali, termasuk masyarakat adat melalui Sekolah Adat dan Sekolah Lapang Kearifan Lokal mengingat pentingnya memperkenalkan, menjaga, dan melestarikan kekayaan budaya dan adat istiadat lokal kepada generasi muda,” pungkas Sjamsul.
Sebanyak 28 orang warga belajar dan pandu budaya hadir pada upacara peringatan Hardiknas 2024. Mereka terdiri dari dua Sekolah Adat dan dua Sekolah Lapang Kearifan Lokal yang berasal dari Sekolah Adat Arus Kualan (Kalimantan Barat) dan Komunitas Pemuda Adat Kasepuhan Cirompang (Banten), serta Sekolah Lapang Kearifan Lokal Kampung Adat Kuta (Jawa Barat) dan Flores Timur (Nusa Tenggara Timur).
Deliana Winki, Pendiri Sekolah Adat Arus Kualan di Kalimantan Barat, mengucapkan kesempatan yang luar biasa yang diberikan kepada sekolah adat. Anak-anak menjadi percaya diri untuk tampil dan bisa hadir di hadapan Mendikbudristek.
“Sesuai dengan tema Hardiknas tahun ini, gerakan Merdeka Belajar yang diinisiasikan Kemendikbudristek sangat membantu dan sejalan dengan program-program yang dilakukan sekolah adat. Kami memberikan kebebasan kepada warga belajar melalui beberapa kegiatan, seperti permainan tradisional, pembuatan obat tradisional, meramu di hutan, dan menganyam. Untuk itu, program ini pantas untuk dilanjutkan di masa mendatang,” ujar Deli.
Deli berharap Kemendikbudristek terus hadir dan mengawal perkembangan warga belajar di Sekolah Adat. “Sekolah Adat kami memiliki program bernama Belajar Tidak Terasa. Lewat program ini, kami dapat belajar di mana pun, warga belajar juga dapat menimba ilmu secara langsung dari tetua – tetua adat. Ke depannya, semoga Kemendikbudristek kembali memberikan kesempatan kepada kami untuk tampil dan mengembangkan pembelajaran melalui gerakan Merdeka Belajar,” pungkasnya.
Sekolah adat adalah pendidikan nonformal yang menyesuaikan dengan pengetahuan tradisional, kekhasan budaya, kearifan lokal, karakteristik masyarakat adat, letak geografis, lingkungan-ekologis, keberadaan masyarakat adat dengan akses pendidikan, kebutuhan dan berdasarkan pada prinsip pendidikan yang kontekstual.
Pendirian Sekolah Adat merupakan inisiasi masyarakat yang menitikberatkan pada proses pewarisan nilai-nilai budaya dari tetua adat kepada generasi muda. Pembelajaran di sekolah adat berupa pengetahuan, keterampilan, dan praktik baik tentang budaya, tradisi, dan adat istiadat lokal dengan kurikulum konstekstual contohnya sejarah, hukum adat, pengetahuan tradisional, ritus, permainan rakyat, seni, teknologi tradisional, dan bahasa daerah.
Sementara itu, Sekolah Lapang Kearifan Lokal merupakan platform percepatan pemajuan kebudayaan yang dijalankan secara partisipatif bersama masyarakat adat di Indonesia. Program ini diinisiasi oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat (Dit.KMA) sejak tahun 2021. SLKL dirancang sebagai program penguatan kapasitas subyek (pembinaan) dalam rangka pelindungan, pemanfaatan, dan pengembangan mitra jejaring dengan pemerintah daerah, pihak swasta, organisasi masyarakat sipil, dan perguruan tinggi dalam pemajuan kebudayaan.