BRIN Bahas Manajemen Biorisiko, Wujudkan Lingkungan Kerja Lab yang Aman

: Penjelasan lima terminologi manajemen biorisiko oleh Periset Pusat Riset Mikrobiologi Terapan (PRMT), Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rida Tiffarent/Foto: Humas BRIN


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 28 Maret 2024 | 17:12 WIB - Redaktur: Untung S - 142


Jakarta, InfoPublik – Periset Pusat Riset Mikrobiologi Terapan (PRMT), Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rida Tiffarent, dalam acara Sharing Knowledge dengan tema “Pengenalan Management Biorisiko: Pengalaman Laboratorium dan Penerapannya” memaparkan manajemen biorisiko yang sering digunakan memiliki lima terminologi istilah, yaitu biosafety, biosecurity, biocontainment, biorisk, dan biohazard.

Dikutip dari keterangan tertulis Humas BRIN pada Kamis (28/3/2024), Rida merepresentasikan lima terminologi istilah manajemen biorisiko berdasarkan sumber dari materi Biosafety Leadership Training yang diadakan oleh Australian Centre for Disease Preparedness (ACDP), Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) Australia, yang saat ini sedang diikuti oleh dirinya. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari kerjasama antara ACDP-CSIRO dengan ORHL - BRIN terkait riset Wildlife Interface Viromic Regional EID Surveillance project (WIViREIDS).

Dalam paparanya, Rida menjelaskan rincian manajemen biorisiko. Pertama adalah biosafety, yaitu bagaimana cara mencegah adanya paparan yang tidak kita harapkan, yang berasal dari agen biologis, agen patogen atau toksin.

Kedua adalah biosecurity, yaitu proteksi untuk mencegah adanya penyalahgunaan atau pencurian. Contohnya, pengambilan agen biologis yang harusnya aman tersimpan tetapi diambil secara ilegal orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

“Ketiga, biocontainment adalah bagaimana bisa menahan agen patogen atau agen biologis sehingga tidak berbahaya atau menginfeksi operator dan lingkungan. Keempat, biorisk adalah suatu kemungkinan terjadinya keparahan atau kesakitan yang ditimbulkan oleh agen biologis atau toksin,” ujar Rida dikutip dari keterangan tertulis yang InfoPublik dapatkan pada Kamis (28/3/20224).

Istilah manajemen biorisiko kelima adalah biohazard, yakni prinsip pengertian hazard yang merupakan sumber potensial yang bisa menyebabkan bahaya dan konteksnya berasal dari agen patogen, agen biologis, dan toksin.

Ia menjelaskan prinsip manajemen risiko akan terus berputar di proses yang dinamakan “Plan-Do-Check-Act”. Proses perencanaan (Plan), yang dibutuhkan pertama adalah harus bisa mengidentifikasi sumber potensial yang dapat menyebabkan kebahayaan atau infeksi, termasuk bagaimana rute atau mekanismenya. Kemudian,  melakukan (Do) yaitu hal hal yang dinilai dapat mencegah terjadinya kebahayaan. Selanjutnya, dilakukan peninjauan ulang dan monitor (Check). Terakhir (Act), yakni jika terdapat aspek yang perlu diubah untuk meningkatkan efektivitas dan keamanan selama bekerja, maka dilakukanlah perubahan protokol atau inovasi.

Rida  juga menyampaikan terdapat hierarki pengendalian dalam suatu manajemen. Terdapat lima cara yang efektif untuk melindungi dari potensial hazard ketika bekerja di lab, diantaranya yaitu eliminasi (Eleminate), pengurangan (Reduce), isolasi (Isolate), administrasi (Control), etos kerja (Behaviour).

“Kita butuh suatu kontrol yang paling efektif hingga yang tidak efektif terhadap cara melindungi dari potensial hazard ketika bekerja di dalam lab,” ujarnya.

Pihaknya berharap supaya pekerja memiliki kedisiplinan di lingkunan kerja untuk menciptakan kondusifitas yang aman. Keamanan tempat bekerja akan membuat semua pihak yang terlibat akan terasa aman dan sehat.

 “Harapannya mari kita saling berdisiplin di lingkungan kerja yang baik bukan hanya untuk kita yang aman, tetapi juga untuk keluarga (saat pulang setelah bekerja),” Kata Rida.

Kepala PRMT BRIN , yang diwakili oleh Delicia Yunita, menyampaikan, bekerja di laboratorium biologi dengan banyak aktivitas bersinggungan dengan mikroba, lingkungan, dan diagnosa yang memiliki risiko tersendiri.

“Saya berharap dengan webinar kali ini kita lebih menyadari tentang risiko yang dihadapi saat bekerja dan nantinya dapat lebih berhati-hati dalam beraktivitas di laboratorium,“ ujarnya.

Acara Sharing Knowledge  yang berlangsung secara virtual online  dimoderatori oleh Sugiyono Saputra, peneliti PRMT sekaligus project lead dari kegiatan WIViREIDS ini dihadiri oleh peserta yang tidak hanya berasal dari internal BRIN, tetapi juga peserta di luar BRIN seperti para anggota PT. Tekad Mandiri Citra, PT. Vaksindo, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palangkaraya,Universitas Andalas, Universitas Jenderal Achmad Yani, Institut Teknologi Kelautan Buton, Institut Teknologi Del, Univesitas Mulawarman, Universitas Maarif Hasyim Latif, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

Informasi terkait penjelasan lengkap mengenai pengendalian dalam suatu manajemen yang dipaparkan oleh Periset Pusat Riset Mikrobiologi Terapan (PRMT), Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rida Tiffarent dapat diakses melalui laman https://www.brin.go.id/.  

 

Berita Terkait Lainnya