- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Senin, 13 Mei 2024 | 13:09 WIB
: Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket, Rika Andiarti saat memberikan materi kepada mahasiswa Universitas Presiden, di Kawasan Sains S. Sunaryo, Bogor, yang diselenggarakan pada Selasa (30/4/2024)/ foto: BRIN
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 2 Mei 2024 | 15:58 WIB - Redaktur: Untung S - 161
Jakarta, InfoPublik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui periset Pusat Riset Teknologi Roket menjelaskan bahwa perkembangan teknologi roket kian hari semakin pesat. Bidang yang berkembang pesat saat ini yaitu pendekatan dan metoda peluncuran dan jasa pelayanan.
Perkembangan kepesatan itu juga ditandai dari adanya tren perkembangan satelit kecil yang memunculkan perusahaan-perusahaan rintisan atau startup di bidang jasa peluncuran satelit kecil. Jasa peluncuran itu tidak terbatas pada negara tertentu saja.
Hal itu disampaikan oleh Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket, Rika Andiarti saat memberikan materi kepada mahasiswa Universitas Presiden, di Kawasan Sains S. Sunaryo, Bogor, yang diselenggarakan pada Selasa (30/4/2024).
"Roket-roket yang dulunya meluncurkan satelit besar kini mulai beralih untuk meluncurkan satelit kecil. Sekarang ukuran roketnya juga tidak besar tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil. Regulasi yang mempermudah juga membantu para startup untuk menjalankan usahanya," ujar Rika dikutip dari keterangan tertulis www.brin.go.id, Kamis (2/4/2024).
Ia menjelaskan terkait perkembangan teknologi roket di Indonesia, saat ini berada pada fase penguatan. Pada fase ini riset ditargetkan pada peningkatan dimensi dan jarak jangkau, peningkatan nilai Isp (Impuls Spesifik) Propelan, pengembangan material ringan dan tahan temperatur tinggi, desain wahana dan riset RX450.
"Kita sudah melewati fase fondasi seperti riset dasar teknologi propelan, riset dasar roket uji skala lab, RX150 dan RX250," ujarnya.
Rika mengatakan, jika fase penguatan sudah dikuasai selanjutnya menuju ke fase Sonda. Pada tahap ini roket ditargetkan menembus Karman Line (batas tegas antara Bumi dengan luar angkasa), menguasai sistem separasi, jangkauan sistem telemetri, trajectory correction control (kontrol koreksi lintasan) dan riset RX452.
"Riset teknologi roket itu tidak mudah karena roket adalah teknologi yang sensitif dan berbahaya. Kerjasama dengan negara lain juga tidak mudah karena roket ini memiliki dua fungsi yaitu sipil dan militer. Negara-negara lain tidak ingin teknologi kuncinya diketahui pihak luar karena tidak ada yang bisa menjamin apakah roket itu nantinya dipakai untuk kepentingan sipil atau militer. Di bangku kuliah pun ilmu yang diberikan hanya secara umum bukan ilmu yang kritikal," kata Rika.
Untuk menunjang perkembangan roket yang semakin pesat, Rika menyampaikan bahwa para periset terus berupaya menguasai teknologi secara mandiri. Saat ini, terdapat tujuh kelompok riset diantaranya dinamika roket dan kontrol, insulator termal, propelan dan piroteknik, propulsi maju, propulsi roket padat, sistem telemetri serta struktur roket dan material.
"Selain itu juga para periset terus meningkatkan kompetensinya dengan melanjutkan pendidikan hingga S3," ujar Rika.