Dua Tahun Usai Indonesia-EFTA CEPA, Perdagangan RI-Swiss Naik Tiga Kali

: Pertemuan ke-10 Joint Economic Trade and Comission (JETC) Indonesia-Swiss di Bern,Swiss, pada Selasa (23/4/2024). Foto: kemlu.go.id


Oleh Eko Budiono, Jumat, 26 April 2024 | 15:01 WIB - Redaktur: Untung S - 172


Jakarta, InfoPublik - Dua tahun pasca berlakunya Indonesia-EFTA CEPA atau Perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif, nilai perdagangan Indonesia-Swiss meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari US$3 miliar, dengan surplus lebih dari US$2 miliar berturut-turut untuk Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Amerika-Eropa Kementerian Luar Negeri RI,  Umar Hadi, usai Pertemuan ke-10 Joint Economic Trade and Comission (JETC) atau Komisi Bersama Ekonomi Perdagangan Indonesia-Swiss di Bern, Swiss, Selasa (23/4/2024). 

Seperti dilansir laman Kemlu, Kamis (25/4/2024, pertemuan JETC ke-10 dipimpin oleh  Umar Hadi, dan Head of Bilateral Economic Relations, State Secretariat for Economic Affairs (SECO), Federal Department of Economic Affairs (EAER) Swiss.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechtenstein Ngurah Swajaya mengatakan, perdagangan bilateral dan investasi Swiss ke Indonesia menunjukkan peningkatan, dan masih tetap membuka peluang untuk lebih ditingkatkan, khususnya pasca berlakunya Indonesia-EFTA CEPA, sejak 1 November 2021.

Perjanjian bilateral bidang ekonomi juga segera diperkuat dengan Bilateral Investment Treaty (Perjanjian Investasi Bilateral atau P4M/Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal, yang telah ditandatangani 2022 dan diharapkan berlaku 2024.

“Bagi Indonesia, Swiss dan negara yang tergabung pada EFTA (Swiss, Norwegia, Liechtenstein dan Islandia) merupakan mitra pertama CEPA di Eropa, sementara Indonesia merupakan mitra pertama EFTA di ASEAN," ungkap Dubes  Ngurah Swajaya. 

Pertemuan JETC ke-10 antara lain, mengangkat isu-isu kerja sama ekonomi dan pembangunan,  kelanjutan kerja sama pembangunan Indonesia-Swiss periode 2025-2028, investasi industri berbasis teknologi dan rendah karbon, kerja sama kesehatan, ekonomi digital, optimalisasi pemanfaatan CEPA, dan kerja sama bidang pendidikan vokasi dan profesionalisme untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia.

“Peningkatan nilai perdagangan hingga 3 kali lipat justru terjadi di akhir COVID-19 dan pada saat kondisi ekonomi global yang belum pulih menunjukkan komitmen dan potensi yang masih sangat besar untuk dikembangkan bagi keuntungan rakyat kedua pihak," ujar Dubes Ngurah.

Hal itu dinilai sebagai momentum yang perlu dimanfaatkan kedua negara untuk mempererat kerja sama ekonomi bilateral.

Pertemuan JETC ke-10 berhasil sepakati beberapa hasil konkret, antara lain memulai pembahasan perpanjangan kerja sama pembangunan 2025-2028, meningkatkan diversifikasi produk ekspor Indonesia ke Swiss, termasuk peningkatan akses  bagi UMKM unggul Indonesia, peningkatan investasi dengan memanfaatkan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasok industri Swiss di kawasan Asia.

Pembahasan juga mencakup penjajakan kerja sama di berbagai bidang lainnya, seperti pariwisata, penghindaran pajak berganda dan kerja sama perhubungan udara.

Kerja sama bidang pendidikan, khususnya vokasi dan profesionalisme telah dimulai dan akan terus diperkuat untuk mendukung peningkatan daya saing industri Indonesia, khususnya yang berbasis teknologi dan rendah karbon.

Sebelum pertemuan JETC ke-10, Dubes Ngurah Swajaya juga menghadiri The Third Annual Meeting of the Swiss-Indonesia Trade and Sustainability Council di Zurich, 22 April 2024, sebagai rangkaian JETC untuk lanjutkan kerja sama isu keberlanjutan dan perdagangan, peningkatan kapasitas UMKM sektor industri tekstil Indonesia dan infrastruktur yang diselenggarakan oleh KADIN Indonesia dan Economiesuisse.

Secara ekonomi, perdagangan bilateral Indonesia-Swiss telah melampaui kisaran US$3 miliar dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak berlakunya Indonesia EFTA CEPA. Indonesia saat ini menjadi tuan destinasi investasi sekitar 150 perusahaan Swiss di berbagai bidang.  

Perdagangan Indonesia-Swiss tahun 2023 mengalami surplus perdagangan senilai US$2,21 miliar atau Rp35,88 triliun.

Total nilai perdagangan Indonesia-Swiss tahun 2023 mencapai US$3,11 miliar atau Rp50,31 triliun, dengan total nilai ekspor Indonesia sebesar US$2,66 miliar atau Rp43,09 triliun, sedangkan nilai impor Indonesia dari Swiss senilai US$446,29 juta atau Rp7,21 triliun. 

Adapun neraca perdagangan Indonesia-Swiss 2023 mengalami peningkatan 24,32 persen, dengan neraca ekspor meningkat 20,37 persen dan neraca impor juga meningkat 3,92 persen dibanding 2022 (YoY).  

Terkait investasi, tahun 2023 mencatat Swiss pada urutan ke-6 dari seluruh negara Eropa. Nilai investasi Swiss ke Indonesia mencapai US$150,065 juta dalam 750 proyek (data BKPM). Angka itu meningkat sebesar 12,17 persen dibanding 2022.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB PENAJAM PASER UTARA
  • Kamis, 2 Mei 2024 | 06:21 WIB
Hari Kartini Dirayakan dengan Talkshow Bersama 17 Inspirasi Wanita Kabupaten PPU
  • Oleh Untung S
  • Minggu, 28 April 2024 | 08:37 WIB
World Water Forum ke-10 Majukan UMKM dan Pariwisata Indonesia