Insinyur Teknik Lingkungan Harus Terlibat Sukseskan Pembangunan Berkelanjutan

: Wamen LHK Alue Dohong, Ketua Umum Badan Kejuruan Teknik Lingkungan PII sekaligus Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian LHK Novrizal Tahar, dan Ketua Umum PII Danis Hidayat Sumadilaga berfoto bersama narasumber lainnya pada Seminar Nasional dan Konvensi Badan Kejuruan Teknik Lingkungan (BKTL), Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Rimbawan I Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Sabtu (27/4/2024). Foto: BKTL/Istimewa


Oleh Untung S, Sabtu, 27 April 2024 | 22:57 WIB - Redaktur: Untung S - 107


Jakarta, InfoPublik – Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Wamen LHK) Alue Dohong menyatakan pembangunan berkelanjutan menjadi cara untuk memelihara Bumi tetap lestari. Karena itu, peran insinyur teknik lingkungan untuk turut mewujudkannya sangat dinanti.

Hal itu disampaikan Wamen LHK saat menjadi keynote speech dalam Seminar Nasional dan Konvensi Badan Kejuruan Teknik Lingkungan (BKTL), Persatuan Insinyur Indonesia (PII) di Rimbawan I Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Sabtu (27/4/2024).

Alue Dohong mengatakan masa depan Indonesia ada pada biodiversity, bioekonomi, “Insinyur Indonesia saya minta terlibat, seperti kita tahu Bapak Presiden kan berulang kali menyatakan kita akan bertransformasi ke green ekonomi, bioekonomi dan blue ekonomi,” katanya.

Ia menjelaskan, pentingnya Pembangunan berkelanjutan sebab dunia termasuk juga Indonesia menghadapi triple planetary crisis seperti perubahan iklim, kerusakan dan polusi serta kehilangan biodiversity.

Alue pun meminta PII melihat lebih jauh potensi itu. Menurutnya, arah pembangunan berkelanjutan, ekonomi, sosial dan lingkungan yang inklusif bukan hanya untuk manusia termasuk makhluk hidup ekosistem lainnya.

Cacing pun lanjutnya berhak untuk hidup karena punya perannya sendiri termasuk berkontribusi bagi manusia. Ini menjadi bagian dari konsep pembangunan berkelanjutan.

Alue menjelaskan lagi, perubahan iklim bukan wacana tapi fakta. Setiap tahun tren kenaikan suhu bumi terus meningkat. Kenaikan suhu sudah tak dapat ditolerir. Kenaikan 1,5 derajat Celcius di akhir abad bakal terpenuhi kalau tidak ada aksi nyata, masif dan strategis.

Selain itu juga terjadi kenaikan gas rumah kaca di atmosfer. Permukaan laut juga mengalami kenaikan antara 0,7-0,9 cm per tahun.

“Kita berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca 29 persen dengan usaha sendiri. Dengan dukungan internasional 41 persen. Komitmen menurunkan 29 persen emisi itu membutuhkan Rp4.000 triliun untuk mencapainya,” jelasnya.

Belum lagi tuturnya, persoalan sampah yang masih menjadi pekerjaan rumah yang besar. Untuk mengatasi persoalan sampah tidak hanya membutuhkan teknologi tetapi juga perubahan perilaku di masyarakat.

Alue juga menyoroti soal sumber daya air. Air yang dulunya barang gratis dan bebas sekarang menjadi barang ekonomi. Padahal sumber air tawar di Indonesia luar biasa besar. Namun karena polusi, pencemaran sumber daya air terancam dan tak lagi murah.

Fokus Cari Solusi

Dari sederet persoalan itu, insinyur teknik lingkungan harus fokus mencari solusi. Mengimplementasikan keilmuwannya untuk menjamin pembangunan masyarakat yang berlanjutan. Meminimalkan pencemaran dan degradasi lingkungan.

“Para insinyur teknik lingkungan menjadi potensi besar bangsa. Harapannya menjadi problem solver di bidang lingkungan hidup,” tutur Alue.

Di samping itu harus menjadi garda terdepan menyumbangkan solusi inovatif terhadap tantangan lingkungan hidup yang semakin besar.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Badan Kejuruan Teknik Lingkungan PII Novrizal Tahar mengungkapkan, profesi teknik lingkungan menjadi bagian penting di dalam isu-isu dunia ke depan.

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini juga mengungkap, persoalan sampah berkaitan dengan tiga krisis yang terjadi di planet Bumi.

Perubahan iklim, sampah organik yang menghasilkan gas metan dan persoalan sampah plastik menjadi bagian dari persoalan tersebut.

“BKTL PII mendorong pengelolaan sampah dilakukan profesional dan modern. Tidak bisa dilakukan sambil lalu oleh Dinas Lingkungan di kabupaten/kota,” katanya.

Peran Insinyur Teknik Lingkungan

Novrizal mendukung para lulusan teknik lingkungan untuk mengambil sertifikasi insinyur profesional agar kompetensinya bisa semakin dirasakan oleh masyarakat.

Saat ini terdapat 88 program studi teknik lingkungan di Indonesia. Ini merupakan keilmuan keteknikan yang kompatibel dengan isu-isu yang dihadapi dunia termasuk mengenai perubahan iklim dan pencemaran.

“Seluruh negara memerlukan keilmuan dan profesi ini karena isu terkait lingkungan menjadi visi pembangunan setiap negara,” ungkapnya.

Senada Ketua Umum PII Danis Hidayat Sumadilaga juga menyoroti, peran insinyur lingkungan menuju Indonesia Emas.

Peran insinyur teknik lingkungan harus di garda terdepan. Memastikan keberlanjutan lingkungan agar terus dijaga melalui program lingkungan sosial dan pemerintahan.

“Insiyur lingkungan bisa bahu membahu dengan keinsiyuran lainnya agar pengelolaan teknologi terealisasi maksimal di Indonesia,” tandasnya.

Dalam acara itu turut hadir kepala dinas lingkungan hidup dari sejumlah wilayah Indonesia. Para insinyur dan mahasiswa teknik lingkungan dari berbagai universitas.

 

Berita Terkait Lainnya