Ini Cara Pemuliaan Tumbuhan untuk Dapatkan Kayu Berkualitas Tinggi

: Webinar Botani Booster seri perdana yang dihelat Pusat Riset Botani Terapan BRIN dengan topik “Teknologi Pemuliaan Tumbuhan Berdasarkan Kualitas Kayu


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 2 Mei 2024 | 16:15 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 58


Jakarta, InfoPublik – Peneliti Pusat Riset Botani Terapan, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mudji Susanto mengungkapkan ada metode yang efektif untuk mendapatkan kayu berkualitas tinggi salah satunya melalui pemuliaan tanaman berdasarkan sifat-sifat kayu. Proses pemuliaan tanaman ditujukan untuk menghasilkan benih unggul secara genetik berdasarkan sifat-sifat kayu yang diinginkan.

Hal itu disampaikannya dalam Webinar Botani Booster seri perdana yang dihelat Pusat Riset Botani Terapan BRIN dengan topik “Teknologi Pemuliaan Tumbuhan Berdasarkan Kualitas Kayu".

Mudji menyampaikan, proses pemuliaan secara umum dimulai dengan dasar adanya keragaman genetik dari sifat yang akan dimuliakan dari suatu jenis tanaman. Selanjutnya materi genetik dari suatu jenis tanaman tersebut di uji di lapangan, baik uji keturunan maupun uji klon.

”Selanjutnya dilakukan seleksi pohon (baik seleksi famili maupun seleksi individu) berdasarkan nilai genetik dari suatu sifat yang akan dimuliakan. Dari hasil seleksi tersebut akan diperoleh individu pohon ataupun famili pohon yang akan menghasilkan benih unggul. Seleksi famili maupun seleksi individu pohon dapat dilakukan secara berulang, selama masih mempunyai keragaman genetik yang cukup untuk ditingkatkan lagi perolehan genetiknya,” ujar Mudji dikutip dari keterangan tertulis www.brin.go.id, Kamis (2/5/2024).

Ia juga menyampaikan sejarah pemuliaan tanaman hutan di Indonesia, pertama pada 1938, pemuliaan jenis jati dilakukan oleh Balai Penjelidikan Kehutanan, Jawatan Kehutanan. Keduapada 1978, pemuliaan jenis Pinus merkusii dilakukan oleh Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM). Ketiga  pada 1988,  program pemuliaan jenis jati dilaksanakan oleh kerjasama antara PERUM PERHUTANI dengan Fakultas Kehutanan, UGM.

Kemudian mulai tahun 1993, Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPPBPTH) yang bekerjasama dengan Japan International Coorperation Agency (JICA) melaksanakan program pemuliaan tanaman cepat tumbuh.

“Pada 2020, BBPPBPTH telah membangun lebih dari 40 plot uji keturunan dan uji klon berbagai jenis tanaman penghasil kayu. Uji klon merupakan salah satu kegiatan pemuliaan pohon untuk mendapatkan benih unggul  dengan performa terbaik pada sifat yang diinginkan sesuai tujuan. Jumlah 40 plot uji keturunan/klon tersebut merupakan aset bagi para peneliti sebagai bahan peneliian dari berbagai aspek sesuai kepakarannya untuk kedepannya,” ujarnya.

Hingga saat ini pemuliaan yang dilaksanakan masih sebatas memuliakan pertumbuhan (riap volume maupun biomasa), belum sampai pada kualitas kayu. Untuk memperoleh benih unggul yang mempunyai kualitas kayu, maka proses seleksi pohon harus didasarkan dari sifat kayunya. Sifat-sifat kayu yang akan dimuliakan harus disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan para pengguna terhadap kualitas kayu. Sifat-sifat kayu tersebut meliputi sifat fisika, kimia, mekanika dan anatomi kayu.

Secara rinci jenis tanaman penghasil kayu dapat dikelompokkan sesuai kegunaan dan tujuannya.  Pertama sebagai kayu pertukangan, yang memerlukan kayu dengan stabilitas dimensi yang tinggi (stabil kembang kerut), tahan terhadap brubuk dan rayap, dan umur penggunaannya lama. Kedua sebagai kayu energi, yang membutuhkan kayu dengan mempunyai kalori yang tinggi untuk menghasilkan energi.

Ketiga adalah kayu lapis yang membutuhkan kayu dengan stabilitas dimensi, tahan tekanan, kuat terhadap geser, mempunyai ketahanan terhadap air dan bahan kimia, fleksibilitas atau kelenturan, tahan api, isolasi suara dan termal. Keempat sebagai kayu pulp, maka membutuhkan kayu yang mempunyai  kadar selosluse tinggi, lignin rendah, dan ekstraktif rendah. Selanjutnya sebagai kayu bahan furniture, maka membutuhkan kayu dengan  keindahan, warna kayu, stabilitas kayu, tahan brubuk, dan keindahan. Terakhir adalah sebagai bahan kerajinan, maka dibutuhkan kayu yang mempunyai  keindahan, mudah pengerjaannya, dan stabilitas yang tinggi. 

“Semua persyaratan dari berbagai kelompok kegunaan kayu tersebut sebenarnya mempunyai hubungan dengan sifat-sifat kayu baik sifat fisika, kimia, maupun mekanika,” kata Mudji.

Mudji kembali menjelaskan, permasalahan yang timbul dalam pemuliaan kualitas kayu adalah terkendala proses pengukuran sifat kayu secara cepat terhadap pohon berdiri. Hal itu disebabkan karena setiap melakukan plot uji keturunan jumlahnya cukup banyak, terdiri dari ribuan individu pohon. Oleh karena itu, perlu diatasi dengan menemukan suatu strategi yang tepat untuk dapat melakukan seleksi pohon secara genetik terhadap sifat kayu. 

Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut dalam uji keturunan suatu jenis tanaman adalah studi sifat kayu yang akan dimuliakan, estimasi keragaman genetik sifat-sifat kayu yang akan dimuliakan, prediksi perolehan genetik sifat-sifat dan kayu, seleksi sifat-sfat kayu secara genetik.

Salah satu hasil penelitian sifat-sifat kayu pada Acacia mangium dan Eucalytus pelita menunjukkan adanya keragaman sifat kayu di dalam batang arah radial dari hati ke arah kulit. Penelitian tersebut juga menemukan adanya korelasi genetik yang kuat antar sifat-sifat kayu baik positif maupun negatif. Korelasi genetik antar sifat yang kuat sangat menguntungkan untuk proses seleksi pohon maupun famili. Karena dengan memuliakan salah satu sifat kayu, maka akan memuliakan sifat kayu yang lainnya yang mempunyai korelasi genetik tersebut.

Penelitian tersebut juga memperlihatkan adanya keragaman sifat kimia kayu antar sumber benih atau provenans. Penelitian tersebut juga memperlihatkan adanya perbedaan rerata sifat kayu antara A. mangium dan E. Pellita. Sifat kayu tersebut  adalah rerata dimensi serat (panjang serat, diameter lumen dan tebal dinding serat) serta rerata sifat kimia kayu (kadar alfa selulose, kadar holoselulose, kadar lignin, dan kadar ekstraktif kayu).

Penelitian tersebut juga menghitung estimasi peningkatan genetik dari sifat-sifat kayu yang diteliti. Besarnya nilai estimasi peningkatan genetik antar sifat berbeda-beda, tergantung dari keragaman genetik dari sifat-sifat kayu tersebut. Sifat kayu yang mempunyai keragaman genetik yang tinggi akan berdampak terhadap peningkatan nilai perolehan genetik yang cukup tinggi.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Selasa, 14 Mei 2024 | 21:17 WIB
BRIN Jelaskan Ada Awan yang Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 13 Mei 2024 | 13:10 WIB
BRIN Paparkan Strategi dan Teknologi Inovatif Pengendalian Vektor Dengue di Indonesia
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 13 Mei 2024 | 13:09 WIB
BRIN-PT Dahana Manfaatkan Propelan ISP-240 untuk Bahan Bakar Roket Pertahanan
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 13 Mei 2024 | 12:33 WIB
BRIN Jelaskan Teknik Serangga Mandul untuk Cegah Penyakit DBD
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 13 Mei 2024 | 10:12 WIB
BRIN-SUT Thailand Perkuat Kolaborasi untuk Riset Berkelanjutan
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 2 Mei 2024 | 16:30 WIB
Teknologi Ex Vitro Tingkatkan Bibit Tumbuhan Kayu Berkualitas
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Selasa, 23 April 2024 | 11:18 WIB
BRIN Siap Pacu Kinerja Riset dan Inovasi
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Sabtu, 20 April 2024 | 09:30 WIB
BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Budi Daya Ekosistem Gambut