Teknologi Ex Vitro Tingkatkan Bibit Tumbuhan Kayu Berkualitas

: Penjelasan terkait teknologi ex vitro untuk meningkatkan kualitas bibit tumbuhan penghasil kayu/ foto: BRIN


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 2 Mei 2024 | 16:30 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 61


Jakarta, InfoPublik – Pusat Riset Botani Terapan, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap Teknologi perbanyakan ex vitro untuk menunjang pemuliaan tumbuhan penghasil kayu.

Teknologi ex vitro merupakan metode modifikasi perbanyakan tanaman agar lebih cepat dan efisien atau mesin fotocopy untuk bibit tanaman. Selain itu metode ex vitro memungkinkan digunakan untuk peningkatan keragaman maupun perbaikan genetik suatu tanaman.

Hal itu dipaparkan Yusuf SA Fauzan dari Kelompok Riset Pemuliaan Tumbuhan Penghasil Kayu dalam Webinar Botani Booster seri perdana yang digagas oleh Kelompok Riset Pemuliaan Tumbuhan Penghasil Kayu.

“Salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas yaitu dengan memanfaatkan inovasi teknologi berbasis bioteknologi, salah satunya dengan teknologi ex vitro yang sangat relevan untuk efisiensi perbanyakan bibit secara masal dan berkualitas. Untuk dapat menjamin ketersediaan bibit setiap waktu  bagi kebutuhan masyarakat  baik petani, pemda, maupun industri,” ujar Fauzan dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis (2/5/2024).

Fauzan mengakatan, teknologi ex vitro adalah teknologi perbanyakan vegetatif yang mengadopsi metode in vitro (micro cutting), dan kebun pangkas dalam bentuk mini dengan teknik relatif sederhana. Murah, yang dapat menghasilkan bibit tanaman agar sempurna dalam jumlah banyak. Relatif seragam dalam umur, tinggi tanaman, dengan sifat-sifat yang sama seperti tanaman induknya.

“Kegiatan ini dilakukan didasarkan adanya target dari pemerintah bahwa pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) pada 2025 adalah 12.7 juta hektar untuk pulp dan kertas yang mendominasi 4.9 juta hektar. Sementara untuk sektor kayu pertukangan Perhutani baru mencapai 1.909.311 hektar,” kata Fauzan.

Pada sisi yang lain, kebutuhan untuk industri kayu sangat tinggi yaitu 70.113.474 meter kubik per tahun, sedangkan suplai kayu bulat dari hutan tanaman baru mencapai 19.544.418 meter kubik. Hal itu merupakan peluang dan tantangan bagi para ahli untuk melakukan percepatan  pembangunannya. Dalam penyediaan tanaman diperlukan strategi tertentu untuk mencukupi kebutuhan tersebut.

Fauzan juga menjelaskan terkait alur proses teknologi ex vitro, di mulai dari eksplorasi tanaman induk dari sumber benih hasil uji klon. Kemudian diduplikasi dalam inkubator untuk dilakukan multiplikasi yaitu penambahan nutrisi dan zat pengatur tumbuh sitokinin.

“Dilakukan juga perbanyakan yang mencakup sterilisasi, induksi akar atau auksin, dan inkubasi (inkubator, nutrisi). Selanjutnya, perlakuan untuk penyesuaian lingkungan dengan cara aklimatisasi, adaptasi dan pembesaran atau biofertilizer. Setelah melalui tahap-tahap tersebut, barulah diperoleh bibit siap tanam,” ujarnya.

Teknologi ex vitro selain akan diperoleh bibit yang memiliki sifat identik dengan induknya, juga memiliki keunggulan yakni adanya fasilitas yang lebih ekonomis dibanding kultur jaringan. Sarana yang diperlukan bisa didesain portable, sehingga memungkinkan ditempatkan di area terpencil. Biaya produksinya jauh lebih murah dibandingkan kultur in vitro, dan dapat dilakukan secara massal, seragam, serta waktu yang relatif lebih singkat.

“Tim kami telah melakukan uji tanam hasil dari perbanyakan secara ex vitro di beberapa daerah seperti di Bogor, Serpong, Tasikmalaya, Ciamis, Malang, dan lain-lain. Semuanya menunjukkan hasil uji coba tanaman dengan  pertumbuhan yang sangat baik, dan memiliki kesamaan sifat dengan induknya” kata Fauzan.

Kepala Pusris Botani Terapan BRIN yang diwakili oleh Mutiara  K. Pitaloka, pada kesempatan yang sama, juga turut mengungkapkan, kegiatan itu diharapkan menjadi momentum penting bagi peneliti dan perekayasa, supaya bisa menggali berbagai gagasan dan inovasi yang bisa dilakukan terkait riset-riset botani terapan ke depannya.

“Semoga hal ini bisa menginisiasi kerja sama dan juga kolaborasi antara para peneliti dan perekayasa di Pusris Botani Terapan,” ujarnya.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 2 Mei 2024 | 16:15 WIB
Ini Cara Pemuliaan Tumbuhan untuk Dapatkan Kayu Berkualitas Tinggi