Pentolan Eks Gafatar Pulang, Pemkab Tetap Memantau

:


Oleh MC Kab Garut, Rabu, 10 Februari 2016 | 10:15 WIB - Redaktur: Kusnadi - 383


Garut, InfoPublik  Lima korban Gafatar yang berasal dari Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, telah dipulangkan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Garut ke rumah orangtuanya pada Senin (8/2) malam. Diduga mantan pentolan Gafatar, Pemkab Garut akan mengawasi kelima korban yang merupakan satu keluarga.

Kepala Dinsosnakertran Kabupaten Garut, Elka Nurhakimah, menjelaskan, kelima korban Gafatar itu masih satu keluarga yang terdiri atas pasangan suami-istri dan tiga putrinya yang berasal dari Desa Paas, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut. “Yuyus (kepala keluarga) merupakan salah satu pengurus Gafatar dan telah merekrut beberapa orang,” ucapnya, Selasa (9/2).

Oleh karena itu, Elka akan terus mengawasi keluarga korban Gafatar tersebut dengan berkoordinasi dengan berbagai pihak. Saat ini, kata Elka, keluarga Yuyus menjadi binaan pemerintah Desa Paas. “Kami terus koordinasi dengan pihak desa, kecamatan, dan aparat hukum setempat,” katanya.

Berdasarkan pengakuan Yuyus, ungkap Elka, masih banyak warga Garut yang menjadi korban Gafatar. “Yuyus mengaku telah merekrut sejumlah warga Garut untuk bergabung dengan Gafatar. Kalau di Kalimantan, mereka baru tiga bulan,” ucapnya.

Namun, kata Elka, pihaknya menunggu pendataan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Sepengetahuan dirinya, pemulangan korban Gafatar sudah gelombang keempat. “Tapi, kami belum tahu ada warga Garut atau tidak selain Yunus dan keluarganya,” katanya.

Sebenarnya, Elka menyebutkan, Yuyus dan keluarganya enggan kembali ke kediamannya karena khawatir tak diterima warga. Mereka sempat meminta Dinsos untuk mengontrakkan rumah dan membiayai usaha.

Setelah pihaknya berkomunikasi dengan pihak desa, akhirnya mereka bisa kembali dan tinggal di rumah orangtua Yuyus di Desa Paas.

Menurut dia, beberapa warga Garut korban Gafatar ada yang menolak dipulangkan ke Garut. Mereka lebih memilih dipulangkan ke Bekasi dan Kota Bandung lantaran sudah tak memiliki harta benda di Garut.

“Mereka takut tak diterima warga sehingga tidak kami jemput. Jadi baru satu keluarga ini yang dipulangkan,” tuturnya.

Disinggung mengenai permintaan sejumlah korban Gafatar untuk bertransmigrasi, Elka mengaku sulit mengakodasinya. Menurut dia, selain kuota transmigran yang terbatas setiap tahun, tak semua daerah bisa menjadi tujuan transmigrasi.

“Tujuan transmigrasi juga hanya dengan beberapa provinsi yang sudah bekerja sama dengan Garut dan hanya lima kepala keluarga yang diberangkatkan per tahun,” katanya.(Mc Kab. Garut/Kus)