Sutan Riska Bupati Termuda, dari Ejekan hingga Ambisi Besar

:


Oleh MC KAB DHARMASRAYA, Jumat, 19 November 2021 | 20:56 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Dharmasraya, InfoPublik - Pilkada serentak pertama pada 2015 lalu melahirkan seorang bupati termuda di Indonesia, ialah Sutan Riska Tuanku Kerajaan . Bupati Dharmasraya ini dilantik saat usia 26 tahun.

Dengan latar belakang orang biasa, Sutan Riska diejek banyak orang, hingga akhirnya ia membuktikan bahwa anak muda bisa berkarya di sektor pemerintahan.

“Saat itu, saya mendapat ejekan dari beberapa pihak karena saya tidak punya pengalaman dan berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Ayah saya hanya seorang kepala desa. Saat itu saya terpacu untuk belajar lebih banyak dan bekerja lebih gigih sebagai bupati," kenang Sutan Riska, Rabu (17/11/2021).

Karena dengan saya jadi bupati di usia yang masih muda, saya mempertaruhkan kepercayaan masyarakat terhadap anak muda, saya gagal, maka anak muda tidak akan mendapat tempat lagi.

Ketika mulai menjabat, Sutan Riska langsung memetakan permasalahan di daerahnya. Hal pertama yang ia lakukan adalah memperbaiki tata kelola pemerintahan.

Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan sudah memberikan bantuan sosial terhadap 3.050 warga lanjut usia atau lansia. 

Dharmasraya yang sebelumnya tidak pernah meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK, namun sejak Sutan Riska menjabat, Dharmasraya selalu meraih WTP tiap tahun hingga sekarang.

Dharmasraya yang sebelumnya peringkat 17 dari 19 kabupaten/kota di Sumbar dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, sekarang nomor satu di Sumbar dan masuk 10 besar di Indonesia.

Status Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP) Dharmasraya sebelumnya C naik menjadi B, sehingga Dharmasraya bisa mengefisiensi anggaran hingga Rp 60 miliar.

“Bagaimana kita ingin menarik investor atau pemerintahan pusat kalau tata kelola pemerintahan kita tidak baik. Makanya saya perbaiki mulai dari dalam pemerintahan dulu seperti pengelolaan keuangan, manajemen dan efisiensi penganggaran,” kata Sutan Riska.

Tidak sia-sia, perjuangan Sutan Riska itu berbuah manis. Jika periode sebelum ia menjabat, 2010-2015, dana pusat yang masuk ke Dharmasraya untuk pembangunan fisik hanya Rp 360 miliar, namun 4 tahun awal kepemimpinan Sutan Riska, dana pusat untuk Dharmasraya meningkat hingga Rp 2,4 triliun.

Dengan dana pusat yang besar itu, Sutan Riska bisa mengejar ketertinggalan dan mewujudkan kebutuhan pokok masyarakat Dharmasraya seperti jalan, jembatan, fasilitas kesehatan, dan pendidikan, serta yang lainnya.

Di bidang pertanian, sejak 2016, Dharmasraya telah membangun jalan usaha tani 392 kilometer, menyediakan bibit berkualitas dan bantuan 481 alat teknologi pertanian. Usaha itu membuat Dharmasraya surplus gabah hingga 23.000 ton pertahun.

Agar roda usaha dan perdagangan berjalan maksimal, pemerintah membangun empat pasar tradisional bersih beserta 77 unit los dan 195 kios. Pencapaian pemerintahan Sutan Riska ini pun diapresiasi para pedagang.

“Sejak pasar baru ini, enak kita jualan, pengunjung ramai, mungkin karena pasar sekarang sudah pada bersih. Pendapatan kita juga meningkat,” kata Sisri, salah seorang pedagang bahan dapur di Pasar Abai Siat, Dharmasraya.

Agar mobilitas ekonomi dan aktivitas sosial budaya lancar, Dharmasraya membangun 149,2 kilometer jalan desa dan 99,5 kilometer jalan baru kabupaten, serta 99 unit jembatan pedesaan (plat dwiker) dan 22 jembatan besar.

“Ya, gimana ekonomi dan kualitas hidup bisa membaik jika akses transportasi masih bermasalah. Semua akses harus kita perbaiki, termasuk akses telekomunikasi. Dulu ada tiga kecamatan yang terisolir secara akses jalan dan jembatan, serta telekomunikasi," jelas Sutan Riska.

"Dulu masyarakat itu mau nelepon biasa saja harus manjat bukit. Sekarang HP mereka sudah berbunyi dalam rumah bahkan bisa video call,” ungkap Sutan Riska.

Pembangunan infrastruktur ini juga penting untuk memancing dan meningkatkan investasi. Terbukti, selama kepemimpinan Sutan Riska jumlah UMKM meningkat dari 5.000 menjadi 10.073.

Sekarang soal perizinan sudah satu pintu. Kalau dulu ribet, harus melaui ini dan itu, sekarang hanya lewat Dinas Perizinan. Alhamdulillah banyak UMKM baru muncul.

Dulu setiap ada investor masuk yang ditanyakan adalah ketersediaa"n arus listrik, sekarang di Dharmasraya sudah ada Gardu Induk yang bahkan surplus dan berlebih-lebih,” kata Kepala Dinas Perizinan Dharmasraya, Naldi.

Menurut Naldi, sejak empat tahun terakhir investasi industri besar pun mulai masuk. Ada yang sudah jalan dan ada yang dalam proses pengkajian. Mulai dari industri pengolahan hasil perkebunan, logam, energi dan lainnya.

Sutan Riska bercita-cita menjadikan Dharmasraya pusat ekonomi baru di persimpangan tiga provinsi; Sumbar, Riau, dan Jambi. Dharmasraya dan daerah perbatasan Riau dan Jambi tersebut sama-sama jauh dari pusat pemerintahan dan pusat ekonomi provinsi masing-masing.

Atas dasar keinginan itu, Sutan Riska mengharapkan adanya akses pintu tol dari Dharmasraya ke jalur Tol Sumatera. Sutan Riska mengaku sedang dalam tahap merencanakan pembangunan itu bersama kementerian terkait.

Kalau ada tol, ia percaya, daerah-daerah di sekitar Dharmasraya yang selama ini berada jauh dari pusat ibu kota provinsi bisa menjadi lebih maju. Ditambah kita telah ditopang oleh transportasi udara melalui Bandar Udara Muaro Bungo.

"Untuk mewujudkan cita-cita itu, makanya saya percepat pembangunan infrastruktur agar kuantitas dan kualitas investasi bisa meningkat,” tambah Sutan Riska

Sutan Riska yakin, Dharmasraya dan daerah sekitarnya bisa menjadi pusat ekonomi baru di Sumatera bagian tengah jika setiap pemerintahan daerah satu frekuensi dan didukung pemerintahan pusat.

Karena secara demografi, daerah kita lebih aman dan minim risiko bencana. Kita jauh dari gunung berapi, jauh dari patahan semangka dan jauh dari laut.

"Ya, kemungkinan bencana puting beliung, tapi sejauh ini belum ada yang begitu mengancam," terangnya.

Tinggal kita perbaiki akses ke pelabuhan kapal laut pantai timur di Jambi atau pelabuhan Pantai Barat di Padang yang jarak tempuhnya hampir sama dari Dharmasraya ke kedua lokasi pelabuhan itu.

"Pada intinya, kita bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan daerah yang selama ini terkesan tidak diperhatikan demi kemakmuran masyarakat,” ujar Sutan Riska. (McKabDharmasraya/ toeb)