BRIN-RBG Kew Inggris Gelar Pelatihan Taksonomi Tumbuhan

: Acara Plants Taxonomy for Conservation (PTC) di Herbarium Bogoriense, Gedung Kehati Kawasan Sains Teknologi Soekarno Cibinong/ foto: BRIN


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Rabu, 1 Mei 2024 | 06:55 WIB - Redaktur: Untung S - 197


Jakarta, InfoPublik – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengajak Royal Botanic Gardens (RBG) Kew Inggris siap untuk mengembangkan dan meningkatkan keahlian di bidang taksonomi tumbuhan, untuk konservasi dengan menyelenggarakan Plants Taxonomy for Conservation (PTC) mulai 17 April hingga 26 April 2024 di Herbarium Bogoriense, Gedung Kehati Kawasan Sains Teknologi Soekarno Cibinong.

Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah, Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN, Ratih Damayanti mengatakan bahwa BRIN mengemban tugas sebagai pusat depositori nasional, sehingga sangat mendorong dan mendukung kegiatan-kegiatan terkait koleksi untuk riset. 

Pelatihan itu beberapa kali dilaksanakan secara daring dengan RBG Kew, namun sejak BRIN berdiri kegiatan itu baru pertama kali dilakukan secara daring dan luring. Hal itu Ia sampaikan saat penutupan PTC di Cibinong, Jumat (26/4/2024).

“Dalam waktu dekat BRIN juga akan merilis program akuisisi data keanekaragaman hayati dan non hayati Indonesia. Program itu akan mengintegrasikan dan mengakuisisi seluruh data koleksi yang tersebar di berbagai lembaga koleksi sehingga menjadi terpusat dalam satu data nasional. Tentunya program ini akan sangat membutuhkan keahlian para taksonom,” ujar Ratih dikutip dari keterangan tertulis https://www.brin.go.id/, Selasa (30/4/2024).

Ratih juga mengungkapkan, saat ini jumlah ahli taksonomi semakin langka, sehingga perlu mendapat dukungan. Ilmu taksonomi akan terus berkembang dan masih banyak koleksi yang belum tereksplorasi dan teridentifikasi.  “Kami berharap kegiatan ini dapat memperkuat ikatan antara para taksonom secara global,” imbuhnya.

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN, dan Himmah dan sekaligus koordinator kegiatan Rustiami turut menyampaikan bahwa pelatihan itu diselenggarakan untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman taksonomi tumbuhan. Terutama bagi taksonom muda di negara-negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, serta membangun jejaring kolaborasi regional para peneliti taksonomi.

Himmah juga menjelaskan, pelatihan berdurasi hampir lima minggu tersebut terbagi dalam dua tahap. Tiga minggu pertama pelatihan dilaksanakan secara daring dan materi disampaikan oleh para peneliti ahli dari Herbarium Kew. Dua minggu selanjutnya, materi disampaikan secara luring di Herbarium Bogoriense, di gedung Kehati, Cibinong.

“Khusus pembelajaran luring, selain melakukan pratikum di Herbarium Bogoriense peserta juga melakukan kunjungan ke Kebun Raya Cibodas (KRC). Hal ini dilakukan untuk pengenalan tumbuhan di lapangan serta mempelajari teknik pembuatan spesimen herbarium,” ujar Himmah.

Peneliti PRBE BRIN, Deby Arifiani yang mendampingi peserta saat kunjungan mengatakan, kunjungan bertujuan untuk mengasah kemampuan peserta dalam mengenal tumbuhan secara langsung. Saat di KRC peserta diarahkan untuk mengidentifikasi empat kelompok tumbuhan, yaitu dari marga Pterisanthes, CodonoboeaDillenia dan Ipomoea.

pengajar dan juga penanggung jawab kegiatan dari RBG Kew, Ruth Clark juga menyampaikan pelatihan ini terbilang unik di dunia. PCT didesain untuk melatih peserta menjadi ahli taksonomi untuk kepentingan konservasi.  

Koordinator Penelitian untuk Asia, Gemma Bramley, menuturkan pelatihan ini menggambarkan hubungan erat antara RBG Kew dengan BRIN. Ia berharap semoga ke depan kerja sama antara kedua belah pihak semakin erat dan mendukung satu sama lain.

Salah seorang peserta dari Papua Nugini, Billy Bau mengutarakan motivasinya mengikuti pelatihan ingin yakni untuk menambah pengetahuan tentang flora di Asia Tenggara dan Papuasia. Taksonom muda tersebut ingin lebih fokus mengerjakan salah satu grup pohon atau tumbuhan di wilayah Flora Malesiana, terutama di Papuasia.

Sebagai informasi, sebanyak 16 peneliti muda lolos menjadi peserta PTC dari 180 orang pendaftar yang berasal dari Asia Tenggara. Peserta yang lolos seleksi tersebut yaitu, sembilan peserta dari Indonesia, tiga peserta dari Papua Nugini, dan masing-masing satu peserta dari Bhutan, Malaysia, Myanmar, dan Filipina.

Dalam 23 sesi, peserta dibekali materi dengan topik-topik yang berkaitan dengan taksonomi, antara lain pentingnya spesimen herbarium, nomenklatur atau tatanama jenis, data gambar, spesimen sebagai basis data. Kemudian, pemetaan geografis (georeferencing), morfologi dan morfometri, DNA dan filogeni, luaran atau hasil penelitian taksonomi. Selanjutnya, deskripsi jenis, kunci pengenalan jenis, peta distribusi, Daftar Merah IUCN, serta kawasan tumbuhan penting tropis.

Selain melibatkan staf pengajar dari RBG Kew yakni Ruth Clark, Gemma Bramley, dan Ana Trias Blasi, pelatihan ini juga melibatkan pengajar dari BRIN yaitu Alex Sumadijaya dan Abdulrokhman Kartonegoro. Beberapa taksonom dari PRBE BRIN juga terlibat dalam kegiatan, dibantu para teknisi litkayasa dari Herbarium Bogoriense.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Selasa, 21 Mei 2024 | 16:16 WIB
World Water Forum Buka Peluang Kolaborasi Riset Internasional
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Selasa, 21 Mei 2024 | 13:52 WIB
BRIN Kembangkan Teknologi Ozon dan Nanobubble untuk Bahan Pertanian
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Senin, 20 Mei 2024 | 10:05 WIB
BRIN Perkuat Riset dan Inovasi untuk Bahan Baku Obat
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Minggu, 19 Mei 2024 | 08:54 WIB
Menkominfo: Kemajuan Digital Perlu Perhatikan Aspek Pemerataan
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Sabtu, 18 Mei 2024 | 13:35 WIB
BRIN Perkuat Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi Dukung Net Zero Emission
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 16 Mei 2024 | 17:15 WIB
Keindahan Bimasakti dari Observatorium Nasional Timau
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 16 Mei 2024 | 15:33 WIB
BRIN Kenalkan Teknik Analisis Nuklir untuk Cegah Pencemaran Lingkungan ke Mahasiswa