Redam Konflik Akibat Gesekan Sosial, Pj Sekda Maluku Tenggara Minta Jaga Kearifan Lokal

: Kegiatan dialog kerukunan antar umat beragama di Hotel Kimson, Kota Langgur, Maluku Tenggara, Kamis (25/4/2024). Foto : Rikhard


Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA, Kamis, 25 April 2024 | 22:30 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 101


Langgur, InfoPublik – Pemerintah bersama para tokoh agama dan tokoh masyarakat harus bahu-membahu dalam menjaga kerukunan di tengah masyarakat yang majemuk. Berbagai gesekan yang berpotensi memicu konflik harus diantisipasi.

Jika diibaratkan dalam penerbangan, kondisi ekonomi, sosial, budaya (Ekososbud) dan peradaban saat ini dinilai tengah mengalami turbulensi yang mengharuskan sang pilot atau dalam hal ini pemimpin segera melakukan proses penyelamatan pada kondisi darurat.

”Artinya sebagai unsur penanggungjawab, baik sebagai pemerintah, tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh pemuda, kita adalah team work yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk merawat masyarakat Maluku Tenggara, Negeri Evav yang kaya adat istiadat,” ujar Penjabat (Pj) Sekda Maluku Tenggara (Malra), Nico Ubro pada kegiatan dialog kerukunan antar umat beragama di Hotel Kimson, Kota Langgur, Kamis (25/4/2024).

Dia mengungkapkan, beberapa bulan terakhir sering terjadi gesekan-gesekan sosial yang memicu terjadinya ketegangan di antara masyarakat. Fenomena ini jika terus dibiarkan tanpa tindakan positif, terarah, matang dan persuasive, akan melahirkan benih-benih kebencian dan kekacauan yang jauh lebih besar.

Ubro memandang, seiring perjalanan waktu, benih-benih kasih sayang, saling menghormati, saling gotong royong, saling harmonis antar sesama kian terkikis.

”Kita punya local wisdom (kearifan lokal) yang harus dilestarikan. Pesan leluhur Evav (Kei) ‘Vuut Ain Mehe Ngivun, Manut Ain Mehe Tilur, Suuk Reen, Blet Hormat’ (yang berarti semua adalah keluarga dari rahim atau keturunan yang sama) kini tinggal menjadi kenangan, tanpa narasi dan literasi,” tukasnya.

Ubro mengajak semua komponen anak bangsa di Maluku Tenggara merawat adat istiadat dengan menjaga ucapan, kebiasaan, tindakan dan gagasan karya.

Dia mengingatkan bahwa sejarah enggan menulis nama kita, ketika generasi ini tidak bisa kita merawatnya dengan moto mengumpulkan yang tersesak, menyambung yang terputus dan menyatukan yang tercerai.

”Kegiatan dialog ini penting dan strategis, untuk merumuskan pikiran-pikiran cerdas untuk dijadikan sebagai referensi penting dalam menghadapi berbagai kemelut kemanusiaan yang terjadi di negeri Maluku Tenggara yang kita cintai bersama, agar Insha Allah menjadi negeri yang baldatun toyyibatun warrobun ghofur,” pungkasnya. (MC Maluku Tenggara/Adolof Labetubun)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
  • Sabtu, 4 Mei 2024 | 15:17 WIB
BPK RI Provinsi Maluku Ungkap Alasan Maluku Tenggara Menerima Predikat Opini WTP
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Rabu, 1 Mei 2024 | 21:23 WIB
Pemprov Bali Kenalkan Kearifan Segara Kerthi di World Water Forum ke-10
  • Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
  • Senin, 29 April 2024 | 20:26 WIB
Ohoidertawun, Desa Kecil di Maluku Tenggara yang Punya Pelayanan Keagamaan Mumpuni
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Rabu, 24 April 2024 | 16:46 WIB
Indonesia Jadi Percontohan Dunia dalam Tata Kelola Air Negara
  • Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
  • Senin, 15 April 2024 | 04:10 WIB
Rawat Toleransi di Pulau Kei, Pemimpin Daerah Maluku Duet Lantunkan Kidung Rohani