Literasi dan Pemanfaatan Teknologi Buatan jadi Kunci Peningkatan Mutu di Era Digital

: Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Anindito Aditomo (Foto: Pasha Yudha Ernowo Infopublik.id/ Youtube FMB( IKP)


Oleh Pasha Yudha Ernowo, Senin, 6 Mei 2024 | 18:00 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 124


Jakarta, Infopublik - Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Anindito Aditomo menilai salah satu kunci utama dalam mencapai peningkatan mutu dan kecakapan di era digital ialah dengan meningkatkan literasi siswa dan memanfaatkan teknologi dengan cerdas, termasuk kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Menanggapi tantangan dan peluang tersebut, Kemendikbudristek pun telah merumuskan Kurikulum Merdeka yang menekankan pada pengembangan regulasi diri pada siswa.

"Kurikulum ini diharapkan dapat membantu mereka belajar secara mandiri dan beradaptasi dengan situasi yang tidak terstruktur. Hal ini penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian," ujar Anindito dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema 'Literasi Digital Hadapi Artificial Intelligence', Senin (6/5/2024).

Salah satu upaya Kemendikbud Ristek adalah dengan kembali memasukkan mata pelajaran Informatika ke dalam kurikulum, mulai dari tingkat SMP. Namun berbeda dengan sebelumnya, pembelajaran informatika pada Kurikulum Merdeka bukan hanya soal bagaimana menggunakan perangkat digital, tetapi juga fokus dalam mengembangkan cara berpikir siswa.

"Hal ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di era digital, termasuk cara berpikir komputasional dan kemampuan memecahkan masalah," imbuh Anindito.

Anindito menambahkan, pihaknya juga telah menjalankan beberapa program lain untuk melengkapi kemampuan calon pemimpin bangsa ini. Program-program tersebut antara lain Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), serta Praktisi Mengajar.

Program MBKM di perguruan tinggi untuk menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Program ini memungkinkan mahasiswa untuk belajar di luar prodi mereka, mengikuti magang, dan melakukan studi independen.

Sementara program MSIB sudah diikuti oleh satu juta lebih mahasiswa. Program ini telah terbukti mampu memangkas waktu tunggu mendapatkan pekerjaan lulusan perguruan tinggi lebih singkat, sekitar tiga bulan, dan mendapatkan gaji hampir tiga kali lipatnya.

Sementara Program Praktisi Mengajar akan memberikan gambaran lain dari pelaku pasar kepada siswa/mahasiswa tentang ketrampilan yang diperlukan saat ini. Sehingga mereka bisa mempersiapkannya sejak dini.

Tidak hanya menerapkan kurikulum yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman, Kemendikbud Ristek juga mengadopsi Program for International Student Assessment (PISA) sebagai salah satu target pencapaian.

"Hal ini penting untuk dapat mengukur perkembangan kualitas SDM kita menghadapi bonus demografi. Kemendikbudristek juga menargetkan Human Capital Index dapat terus naik agar dapat memnuhi target pembangunan jangka panjang," paparnya.

Data menunjukkan bahwa masyarakat sudah terbiasa dengan layanan digital seperti perbankan online dan penggunaan AI di contact center. Menurut Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda, hal ini menunjukkan bahwa kita mampu untuk beradaptasi dan memanfaatkan teknologi dengan bijak.

Namun, ia juga menekankan pentingnya literasi digital, terutama bagi siswa. Keamanan data dan penggunaan internet yang bertanggung jawab harus menjadi bagian dari kurikulum pendidikan.

"Meskipun Indonesia memiliki infrastruktur yang memadai, masih terdapat kesenjangan digital, terutama di daerah pedesaan. Hal ini menjadi tantangan yang harus diatasi agar semua siswa dapat mengakses pendidikan berkualitas dengan memanfaatkan teknologi," ucapnya.

Huda membeberkan, berdasarkan data dari Menkominfo, Digital Safety Sub-Indicator Indonesia paling rendah nilainya dibandingkan negara tetangga. Pada 2018 hanya 39 persen, bandingkan dengan Malaysia yang sudah mencapai 90-92 persen, dan Singapura sudah 100 persen.

Ia melanjutkan, salah satu solusi untuk meningkatkan literasi digital adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Kurikulum pendidikan perlu diperbarui agar dapat mengakomodasi kebutuhan di era digital, dan guru-guru perlu dilatih untuk menggunakan serta memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar.

"Pemerintah juga perlu berperan aktif dalam menyediakan infrastruktur digital yang memadai, seperti akses internet yang terjangkau dan berkualitas. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan dukungan kepada para pelaku usaha, terutama di daerah pedesaan, untuk memanfaatkan teknologi digital dalam bisnis mereka," pungkasnya.

 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Jumat, 17 Mei 2024 | 21:54 WIB
Transformasi PPG Prajabatan Upayakan Keseimbangan Kebutuhan Guru Berkualitas
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Kamis, 16 Mei 2024 | 20:14 WIB
Politeknik Maritim Negeri Indonesia Luncurkan Zheng He College
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Jumat, 17 Mei 2024 | 21:47 WIB
Perguruan Tinggi Didorong Tetapkan UKT dengan Bijak dan Berkeadilan
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Kamis, 16 Mei 2024 | 16:30 WIB
Kemendikbudristek akan Luncurkan Indonesian Heritage Agency
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Jumat, 17 Mei 2024 | 21:45 WIB
Mendikbudristek Resmikan Museum Song Terus di Pacitan
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Kamis, 16 Mei 2024 | 15:29 WIB
Parade Mobil Hias, Kriya, dan Budaya HUT ke-44 Dekranas Pecahkan Rekor MURI