: Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Nenden Evi Wulandari saat acara Best Practice Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2024/Foto: Kemenkes
Jakarta, InfoPublik - Pemerintah Kabupaten Cianjur mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk menurunkan kasus stunting di wilayahnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan prevalensi stunting di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencapai 41,22 persen.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Nenden Evi Wulandari mengatakan Pemkab Cianjur juga telah mengimplementasikan program-program yang memfokuskan pada peningkatan layanan intervensi stunting.
Hal tersebut disampaikannya saat acara Best Practice Rapat Kerja Kesehatan Nasional Tahun 2024 pada Kamis (25/4/2024) di ICE BSD, Tangerang, Banten.
“Antara lain Jufe atau Jumat Minum FE (zat besi), Gerakan Bersama Aksi Orangtua Asuh Stunting (Gebrak Roasting), dan Permata Kamila serta kerja sama dengan CSR perusahaan dan organisasi masyarakat,” kata Nenden.
Lanjutnya, program Permata Kamila telah dilaksanakan di 32 kecamatan, 47 puskesmas, 157 desa, dan 137 pos gizi. Untuk makanan yang akan diberikan sebagai intervensi stunting, Dinas Kabupaten Cianjur menggandeng Persatuan Ahli Gizi Cianjur.
Nenden mengatakan hal ini untuk menyusun menu yang sesuai dengan target gizi. Sebelum didistribusikan melalui pos gizi, makanan tersebut melalui proses uji coba dan evaluasi (food testing).
Selain pemberian makanan di pos gizi, Dinas Kabupaten Cianjur juga menyelenggarakan edukasi dan konseling gizi. Program Permata Kamila memiliki peran penting untuk memastikan keberhasilan intervensi stunting.
“Edukasi dan konseling gizi ini agar ibu dapat menerapkan materi yang telah diberikan pada program Permata Kamila. Sehingga ada perubahan pola makan di rumah yang tadinya hanya nasi dengan kecap saja menjadi makanan lokal yang memiliki nilai gizi,” kata Nenden.
Menurutnya, sebanyak 4.371 anak dengan masalah gizi berhasil mencapai status gizi yang normal setelah mengikuti program Permata Kamila. Selain itu, ibu hamil dengan masalah gizi juga berhasil meningkatkan berat badan sesuai dengan target.
“Setelah dilakukan program intervensi, terjadi tren penurunan prevalensi stunting, yang pada tahun 2013 berdasarkan Riskesdas angkanya 41,72 persen menjadi 13,6 persen pada 2022 berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia,” kata Nenden.